KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb...
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah
memberikan semua nikmat serta karunia-Nya, sehingga kita masih bisa merasakan
nikmat-nikmat–Nya sampai saat sekarang ini,.
Yang kedua kalinya marilah kita bershalawat dan
bersalam keharibaan junjungan Alam Baginda besar kita Rasulallah saw yang telah
menyatukan ummat islam dari ujung masyrik sampai ujung magrhib serta merubah
peradaban dunia dari Zaman kekafiran menuju zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi dan juga sebagai salah seorang The Best Leader di
Dunia sampai akhirat .yang sampai saat sekarang ini dan nanti menjadi panutan
semua ummat manusia wabil khusus kita sebagai orang islam.
Makalah ini kami susun
untuk menunjang kegiatan perkuliahan dan menjadi bukti kesadaran kami sebagai
seorang Mahasiswa untuk mengerjakan berbagai macam tugas yang telah
ditanggungkan kepada kami. Dan kami juga berterima kasih kepada teman – teman
kelompok yang telah membantu kami dalam kelancaran pembuatan makalah ini.
Akhirnya, kami berharap
Makalah ini dapat menjadi salah satu sarana belajar bagi semua Mahasiswa dan
dapat berguna bagi kita semua. Namun makalah ini sangatlah jauh dari kata
kesempurnaan oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan kontribusi
teman-teman sekalian guna kemajuan kita bersama.
Sekian
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Mataram, 2 Mei 2012
DAFTAR
ISI
Cover...........................................................................................................................................
(1)
Kata
Pengantar...........................................................................................................................
(2)
Daftar
Isi......................................................................................................................................
(3)
Bab
I Pendahuluan……………………………………………………………………………………….(4)
A.
Latar
Belakang.................................................................................................................(4)
B.
Rumusan Masalah………………………………………………………………………………..(4)
Bab
II Pembahasan……………………………………………………………………..………………..(5)
A.
Masalah-masalah Pendidikan di Indonesia……………………………………………………(5)
1.
Masalah partisipasi pendidikan...................................................................................(5)
2.
Masalah
efisiensi pendidikan........................................................................................(5)
3.
Masalah
Evektivitas Pendidikan....................................................................................(5)
4.
Masalah
relevansi pendidikan........................................................................................(6)
B.
Fakta dan
Penyebab Masalah Pendidikan di Indonesia.....................................................(6)
C.
Solusi untuk
Mengatasi Masalah Pendidikan di Indonesia.................................................(7)
Bab
III
Penutup...............................................................................................................................(9)
Daftar
Pustaka................................................................................................................................(10)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik yaitu ilmu menuntun anak. Orang
Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan
menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di
dunia.
Di Indonesia, Membicarakan tentang pendidikan mungkin tidak
akan ada habis-habisnya. Ya, dengan keadaan yang ada sekarang ini, ditandai
dengan demo di sejumlah tempat yang pada dasarnya menuntut pendidikan murah dan
masalah-masalah pendidikan lainnya yang semakin kompleks. Keadaan yang
memprihatinkan ini disebabkan oleh kualitas/mutu pendidikan yang semakin
memburuk. Menurut survei
Political and Economic Risk
Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12
dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang
dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya
saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang
disurvei di dunia.
Memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat
dan terbuka. Kemajuan teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran
baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di
tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan
kehidupan dengan negara lain. Yang kita rasakan sekarang adalah adanya
ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal.
Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain.
Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan
sumber daya manusia di negara-negara lain.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan
di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan
standardisasi pengajaran. Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang
terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik,
dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Kita perlu mengkaji ulang tentang
arti sesungguhnya dari pendidikan sehingga tujuan sebenarnya dari pendidikan
itu dapat tercapai.
B. Rumusan Masalah
1) Apa arti dari pendidikan?
2) Bagaimana pendidikan di Indonesia?
3) Apa sajakah factor-faktor yang
mempengaruhi pendidikan?
4) Bagaimana solusi yang dapat
diberikan dari permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masalah-masalah Pendidikan di Indonesia
Upaya untuk mewujudkan visi dan
misi tersebut mengalami kesulitan jika berbagai masalah dalam proses pendidikan
muncul. Masalah dapat diartikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan
dengan apa yang terjadi. Jika apa yang terjadi atau yang tercapai dalam
pendidikan tidak seperti yang diharapkan maka masalah pendidikan telah terjadi.
Masalah-masalah
pendidikan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: masalah
partisipasi/kesempatan memperoleh pendidikan, masalah efisiensi, masalah
efektivitas, dan masalah relevansi pendidikan (Redja Mudyahardjo, 2001: 496)
I.
Masalah partisipasi pendidikan.
Masalah
partisipasi atau kesempatan memperoleh pendidikan adalah rasio atau
perbandingan antara masukan pendidikan (raw input) atau jumlah penduduk
yang tertampung dalam satuan-satuan pendidikan. Keberadaan masalah ini dapat
diketahui dari individu-individu yang mestinya menjadi peserta didik pada
satuan pendidikan tertentu tetapi kenyataannya tidak demikian. Misalnya saja di
berbagai daerah masih banyak anak-anak yang mestinya menjadi peserta didik pada
satuan pendidikan TK tetapi belum menjadi bagian dari satuan pendidikan
tersebut. Hal demikian tentunya akan menimbulkan masalah pada saat mereka masuk
sekolah dasar. Demikian juga banyaknya individu lulusan SMA yang tidak
melanjutkan pendidikannya pada perguruan tinggi. Untuk bekerja mereka belum
memiliki bekal yang mamadai.
II.
Masalah
efisiensi pendidikan.
Masalah
efisiensi pendidikan berkenaan dengan proses pengubahan atau transformasi
masukan produk (raw input) menjadi produk (output). Salah satu cara menentukan
mutu transformasi pendidikan adalah mengitung besar kecilnya penghamburan
pendidikian (educational wastage), dalam arti mengitung jumlah
murid/mahasiswa/peserta didik yangputus sekolah, meng-ulang atau selesai tidak
tepat waktu.
Jika peserta
didik sebenarnya memiliki potensi yang memadai tetapi mereka tidak naik kelas,
putus sekolah, tidak lulus berarti ada masalah dalam efisiensi pendidikan.
Masalah efisiensi pendidikan juga terjadi di perguruan tinggi. Masalah tersebut
dapat diketahui dari adanya para mahasiswa yang sebenarnya potensial tetapi
putus kuliah dan gagal menyelesaikan pendidikannya pada waktu yang tepat.
III.
Masalah
efektivitas pendidikan
Masalah
efektivitas pendidikan berkenaan dengan rasio antara tujuan pendidian dengan
dengan hasil pendidikan (output), artinya sejauh mana tingkat kesesuaian antara
apa yang diharapkan dengan apa yang dihasilkan, baik dalam hal kuantitas maupun
kualitas. Pendidikan merupakan proses yang bersifat teleologis, yaitu diarahkan
pada tujuan tertentu, yaitu berupa kualifikasi ideal. Jika peserta didik telah
menyelesaikan pendidikannya namun belum menunjukkan kemampuan dan karakteristik
sesuai dengan kualifiksi yang diharapkan berarti adalah masalah efektivitas pendidikan.
IV.
Masalah
relevansi pendidikan
Masalah ini
berkenaan dengan rasio antara tamatan yang dihasilkan satuan pendidikan dengan
yang diharapkan satuan pendidikan di atasnya atau indtitusi yang membutuhkan
tenaga kerja, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Masalah
relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang
tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan
pendidikan di atasnya. Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya
lulusan dari satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan
tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk bekerja
B.
Fakta dan
Penyebab Masalah Pendidikan di Indonesia
1. Fakta
adanya masalah efisiensi, efektivitas, dan relevansi pendidikan
Dari ke
empat masalah pendidikan sebagaimana disebutkan di atas, hanya masalah
partisipasi yang sekarang mengecil. Hal ini disebabkan karena semakin
meningkatnya warga masyarakat akan pentingnya pendidikan dan semakin banyaknya
satuan-satuan pendidikan yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan akan
pendidikan. Sedangkan ketiga masalah pendidikan berikutnya, yaitu masalah
efisiensi, efektivitas, dan relevansi sampai sekarang masih terjadi dan ada
kecenderungan bahwa masalah-masalah pendidikan tersebut semakin besar. Ketiga
masalah pendidikan tersebut tidak saling terpisahkan. Masalah efiseinsi
berpeluang menimbulkan masalah efektivitas, dan selanjutnya berpeluang pula
menimbulkan masalah relevansi.
Masalah
pendidikan di Indonesia merupakan masalah yang serius. Bukti untuk hal itu
dapat disimak dari peringkat Human Development Index (HDI) yang dipantau oleh
UNDP yang menunjukkan kualitas pendidikan di Indonesia dari tahun 1996 bearada
pada eringkat 102 dari 174 negara, tahun 1999 peringkat 105 dari 174 negara,
dan tahun 2000 peringkat 109 dari 174 negara dan dalam prestasi belajar yang
dipantau oleh IAEA (International Association for the Evaluation of Educational
Achievement) di bidang kemampuan membaca siswa SD, Indonesia berada pada
urutan ke-26 dari 27 negara; kemampuan matematika siswa SLTP berada di
urutan 34 dari 38 negara; kemampuan bidang IPA siswa SLTP berada pada urutan ke
32 dari 38 negara (T. Raka Joni, 2005).
2. Faktor
penyebab terjadinya masalah pendidikan di Indonesia
Masalah efisiensi
pendidikan dapat terjadi karena berbagai faktor, yaitu tenaga kependidikan,
peserta didik, kurikulum, program belajar dan pembelajaran, sarana/prasarana
pendidikan, dan suasana sosial budaya. Demikian pula masalah efektivitas
pendidikan juga dapat terjadi karena faktor tenaga kependidikan, peserta didik,
kurukulum, program belajar dan pembelajaran, serta sarana/prasarana pendidikan.
Masalah
relevansi pendidikan berhubungan dengan : tuntutan satuan pendidikan yang lebih
atas yang terus meningkat dalam upaya mencapai pendidikan yang lebih
berkualitas, aspirasi dan tuntutan masyarakat yang terus meningkat dalam upaya
mencapai kehidupan yang berkualitas, ketersediaan lapangan pekerjaan di
masyarakat. Kesenjangan terjadi jika komponen-komponen sistem pendidikan yang
telah disebutkan di atas tidak mampu memenuhi tuntutan dan aspiranya yang ada.
C.
Solusi untuk
Mengatasi Masalah Pendidikan di Indonesia dari Perspektif Manajemen Pendidikan.
1. Tenaga
Kependidikan sebagai figur utama proses pendidikan’
Masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan
merupakan masalah yang sangat mendesak untuk mendapatkan pemecahan. Sebab jika
masalah tersebut dibiarkan agar lahir generasi-genarasi penerus yang yang tidak
bisa diandalkan untuk menghadapi kompetisi global. Jika hal demikian
betul-betul terjadi maka bangsa Indonesia akan semakin terpuruk.
Upaya memecahkan masalah pendidikan hendaknya
dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dengan pendekatan ini
pendidikan dipandang sebagai suatu sistem, suatu kesatuan yang terdiri dari
berbagai komponen yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan. Dari
berbagai komponen system pendidikan, yaitu : peserta didik (raw input), instrumental
inpu,t termasuk di dalamnya tenaga kependidkian, danenvironmental
input, dari perspektif manajemen pendidikan komponen tenaga kependidikan
merupakan komponen yang penting untuk dibahas.
Sampai sekarang dan juga untuk waktu-waktu yang
akan datang figur tenaga kependidikan, termasuk para guru, kepala sekolah,
dosen, dan pimpinan perguruan tinggi merupakan komponen yang sangat penting
dalam sistem pendidikan meskipun konsep yang dianut sekarang adalah pendidikan
berpusat pada peserta didik. Fakta menunjukkan bahwa meskipun raw input berkualitas
tetapi jika ada masalah pada tenaga kependidikan, baik secara kuantitas maupun
kualitas akan menyebabkan rendahnya kualitas output .
Kenyataan sebagaimana tersebut di atas juga
dipertegas dengan adanya fakta bahwa untuk menilai tingkat kelayakan atau
kualitas institusi pendidikan salah satu komponen penting yang dijadikan
sasaran adalah komponen tenaga kependidikan baik dari segi kuantitas dan
terutama dari segi kualitas.
2. Tenaga
kependidikan sebagai manajer pendidikan.
Tenaga kependidikan, terutama kepala sekolah atau
pimpinan institusi pendidikan merupakan manajer-manajer pendidikan. Sebagai
manajer pendidikan tugas utama mereka adalah mengupayakan agar kegiatan
pendidikan dapat menghasilkan tujuan-tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien, melalui proses yaitu manajemen pendidikan.
Menurut Terry (Ngalim Purwanto, 2006: 7), manajemen
adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya
lainnya. Jika proses tersebut dilakukan dalam bidang pendidikan dan untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan maka disebut sebagai manajemen pendidikan.
Manajemen merupakan inti dari administrasi (Ngalim
Purwanto, 2006: 8). Sedangkan administrasi pendidikan adalah proses pengerahan
dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personil, spiritual, maupun matrial,
yang bersangkuta paut dengan pencapaian tujuan pendidikan (Ngalim Purwanto,
2006: 3). Dengan demikian setiap tenaga kependidikan berperanan sebagai
administrator. Dan sebagai administrator dirinya harus mampu berperan sebagai
manajer pendidikan.
Dari perspektif manajemen pendidikan,
masalah-masalah pendidikan dapat terjadi jika tenaga kependidikan tidak mampu
menjalankan perannya dengan baik sebagai manajer pendidikan. Sebagai
manajer pendidikan setiap tenaga kependidikan terlebih lagi untuk setiap
pemimpin institusi pendidikan harus mengembangkan kemahiran dasar yang oleh Rex
F. Harlow (Sarwoto, 1998: 47) dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Kemahiran teknis (technical
skill) yang cukup untuk melakukan upaya dari tugas khusus yang menjadi
tanggung jawabnya.
b. Kemahiran yang bercorak
kemanusiaan (human skill), yang diperlukan untuk bekerja dengan
sesamanya guna menciptakan keserasian kelompok yang efektif dan yang mampu
menumbuhkan kerja sama diantara anggota-anggota bawahan yang dia pimpin.
c. Kemahiran menganalisis
situasi dan permasalahan dengan konsep-konsep ilmiah yang relevan (conceptual
skill), yang dapat dijadikan dasar dalam mengambil keputusan dan bertindak
secara tetap.
3. Masalah
pendidikan dan kualitas manajemen pendidikan.
Dari perspektif manajemen pendidikan, masalah
pendidikan dapat terjadi jika kepala sekolah dan juga para guru tidak mampu
menjadi manajer-manajer pendidikan yang baik. Masalah tersebut bisa saja
terjadi karena : a. dirinya tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai
konsep-konsep manajemen pendidikan, b.dirinya kurang memahami
konsep-konsep dasar pendidikan, dan c. dirinya tidak atau kurang memiliki
kemampuan dan karakteristik sebagai manajer pendidikan, sehingga tidak mampu
menjalankan peran sesuai dengan statusnya. Masalah kualitas manajer pendidikan
seperti itu bisa terjadi karena kesalahan dalam penempatan. Seorang yang
sebenarnya belum atau tidak siap untuk menjadi pemimpin karena faktor tertentu
dia diangkat menjadi kepala sekolah.
Masalah-masalah pendidikan juga dapat terjadi jika
para pemimpin institusi pendidikan lebih banyak menempatkan dirinya sebagai
kepala dan bukan sebagai pemimpin. Sebagai kepala mereka bertindak sebagai
penguasa, hanya bertanggung jawab pada pihak atasan, dan melakukan tugas-tugas
karena perimintaan atasan. Jika kepala sekolah lebih banyak bertindak sebagai
kepala maka dirinya akan kesulitan memberdayakan semua personal yang ada agar
tujuan pendidikan tercapai.
4. Solusi
terhadap masalah pendidikan dengan manajemen kinerja guru.
Jika masalah-masalah pendidikan disebabkan oleh
faktor manajemen maka upaya yang paling tepat untuk mencegah dan mengatasi
adalah dengan meningkatkan kualitas manajemen pendidikan. Kualitas manajemen
dapat meningkat jika para manajer-manajer pendidikan berusaha untuk
meningkatkan kemampuannya.
Seringkali terlontar pernyataan bahwa kualitas
pendidikan sulit untuk ditingkatkan karena kurangnya dukungan dana. Namun ada
fakta yang menunjukkan bahwa dana yang cukup bahkan lebih ternyata
tidak berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Hal demikian dapat
terjadi karena kepala sekolah tidak atau kurang mampu memberdayakan semua
sumber yang ada, khusunya sumber daya manusia. Demikian juga halnya dengan
peranan guru di sekolah sebagai manajer pendidikan, hambatan yang terjadi
adalah kurangnya kemampuan untuk memberdayakan semua sumber belajar yang ada
agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Untuk mengatasi masalah di atas salah satu upaya
yang dapat ditempuh adalah melalui peningkatan manajemen kinerja kepala sekolah
dan guru. Dalam perspektif manajemen,
agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkan dan mencapai standar tertentu, maka
dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance management) yang
baik. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar