ads

Kamis, 14 Juni 2012

Belajar Pembelajaran "Teori Belajar Sosial "



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb...
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan semua nikmat serta karunia-Nya, sehingga kita masih bisa merasakan nikmat-nikmat–Nya sampai saat sekarang ini,.
Yang kedua kalinya marilah kita bershalawat dan bersalam keharibaan junjungan Alam Baginda besar kita Rasulallah saw yang telah menyatukan ummat islam dari ujung masyrik sampai ujung magrhib serta merubah peradaban dunia dari Zaman kekafiran menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan juga sebagai salah seorang The Best Leader di Dunia sampai akhirat .yang sampai saat sekarang ini dan nanti menjadi panutan semua ummat manusia wabil khusus kita sebagai orang islam.
            Makalah ini kami susun untuk menunjang kegiatan perkuliahan dan menjadi bukti kesadaran kami sebagai seorang Mahasiswa untuk mengerjakan berbagai macam tugas yang telah ditanggungkan kepada kami. Dan kami juga berterima kasih kepada teman – teman kelompok yang telah membantu kami dalam kelancaran pembuatan makalah ini.
            Akhirnya, kami berharap Makalah ini dapat menjadi salah satu sarana belajar bagi semua Mahasiswa dan dapat berguna bagi kita semua. Namun makalah ini sangatlah jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan kontribusi teman-teman sekalian guna kemajuan kita bersama.
Sekian
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb                                                           
Mataram, 20 Maret 2012


BAB II
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam
proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung
pada faktor-faktor pendukung belajar yang mempengaruhi siswa. Faktor-faktor ini
umumnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern berhubungan dengan segala sesuatu yang ada pada diri siswa yang
menunjang pembelajaran, seperti inteligensi, bakat, kemampuan motorik pancaindra,
dan skema berpikir. Faktor ekstern merupakan segala sesuatu yang berasal dari luar
diri siswa yang mengkondisikannya dalam pembelajaran, seperti pengalaman,
lingkungan sosial, metode belajar-mengajar, strategi belajar-mengajar, fasilitas
belajar dan dedikasi guru. Keberhasilannya mencapai suatu tahap hasil belajar
memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap selanjutnya.
Secara umum prestasi belajar siswa di Indonesia ditentukan oleh kemampuan
kognitifnya dalam memahami sebaran materi pelajaran yang telah ditentukan di
dalam kurikulum. Soemanto (1984:120-121) menyatakan bahwa tingkah laku
kognitif merupakan tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku
terjadi. Tingkah laku tergantung pada insight (pengamatan atau pemahaman) terhadap
hubungan yang ada dalam situasi. Dalam kognisi terjadi proses berpikir dan proses
mengamati yang menghasilkan, memperoleh, menyimpan, dan memproduksi
pengetahuan (Monks dan Knoers, 1998:216). Dengan demikian struktur kognitif
sebagai hasil belajar yang diperoleh siswa mempunyai bentuk yang beraneka ragam.
Praksis ini bisa kita lihat pada nilai rapor setiap akhir cawu atau NEM setiap akhir
tahun ajaran. Setiap siswa akan memiliki nilai yang bervariasi untuk setiap mata
pelajaran. Begitu juga kecenderungan peningkatan nilai siswa akan bervariasi pada
setiap cawu atau setiap akhir tahun pelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Siapakah Albert Bandura??
Albert Bandura (lahir di Mundare, Kanada, 4 Desember 1925) adalah seorang psikolog. Ia menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi dari University of British of Columbia pada tahun 1949. Kemudian, ia melanjutkan studinya ke Universitas Iowa dan meraih gelar Ph.D pada tahun 1952. Pada tahun 1953, ia mulai mengajar di Universitas Stanford. Hingga saat ini, ia masih mengajar di Unicersitas Stanford.
Bandura meneliti beberapa kasus, salah satunya ialah kenakalan remaja. Menurutnya, lingkungan memang membentuk perilaku dan perilaku membentuk lingkungan. Oleh Bandura, konsep ini disebut determinisme resiprokal yaitu proses yang mana dunia dan perilaku seseorang saling memengaruhi. Lanjutnya, ia melihat bahwa kepribadian merupakan hasil dari interaksi tiga hal yakni lingkungan, perilaku, dan proses psikologi seseorang. Proses psikologis ini berisi kemampuan untuk menyelaraskan berbagai citra (images) dalam pikiran dan bahasa.
Dalam teorinya, Bandura menekankan dua hal penting yang sangat mempengaruhi perilaku manusia yaitu pembelajaran observasional (modeling) yang lebih dikenal dengan teori pembelajaran sosial dan regulasi diri. Beberapa tahapan yang terjadi dalam proses modeling:
  1. Atensi (perhatian)
  2. Retensi (ingatan)
  3. Reproduksi
  4. Motivasi
Menurut Bandura, ada beberapa jenis motivasi yaitu:
Regulasi diri (kemampuan mengontrol perilaku sendiri) ialah salah satu dari sekian penggerak utama kepribadian manusia. Tiga tahap yang terjadi dalam proses regulasi diri yakni:[1]
  1. Pengamatan diri yakni melihat diri sendiri beserta perilakunya serta terus mengawasi
  2. Penilaian yakni membandingkan apa yang dilihat pada diri dan perilaku dengan standar ukuran tertentu
  3. Respon diri yakni proses memberi imbalan pada diri sendiri setelah berhasil melakukan penilaian sebagai respon terhadap diri sendiri
Bagi mereka yang memiliki konsep diri yang buruk, Bandura memberikan saran untuk memperbaikinya yakni:
  1. Pengamatan diri
  2. Memperhatikan standar ukuran
  3. Memperhatikan respon diri



Teori Belajar Sosial (Social Learning)Menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial disebut juga teori pembelajaran observasional, dikembangkan oleh Albert Bandura. Bandura bukanlah behavioris murni karena dia juga dipengaruhi oleh teori kognitivisme yang dikembangkan oleh Jean Piaget, oleh sebab itu alirannya disebut neobehaviorism atau behaviorisme baru. Berbeda dengan para behavioris lain, Bandura memandang bahwa prilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis terhadap stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat dari reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Dalam hal ini belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan contoh prilaku (modeling). Hati-hati dalam membedakan teori belajar menurut Bandura ini dengan teori psikologi perkembangan sosial (social devlopment) dari Erikson (seorang penganut aliran psikoanalisis Freud)yang berkembang sebelumnya.
Teori Bandura ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan prilaku sosial mana yang perlu filaksanakan. Menurut teori ini individu menguasai lebih banyak dari sekedar yang diperlihatkan oleh prilakunya. Bandura menyatakan: “Manusia adalah organisme yang mempunyai kemampuan berpikir, ia dapat mengarahkan diri, dapat menghayati keadaan orang lain, dapat menggunakan simbol-simbol dan dapat mengatur dirinya sendiri.” Ini merupakan pandangan baru dalam aliran behaviorisme yang semula sangat mekanistis dan hanya mengakui kekuatan lingkunagan (Sukmadinata, 2004:157).
Melalui pembelajaran observasional yang disebut modeling atau menirukan prilaku manusia model, Bandura mengembangkan teori pembelajaran sosial. Prilaku siswa pengamat dapat dipengaruhi oleh prilaku model dalam bentuk akibat-akibat positif (vicarious reinforcement, penguatan yang seolah-olah dialaminya sendiri) maupun dalam akibat-akibat negatif (vicarious punishment).
Proses modeling terjadi akibat dengan beberapa tahapan sebagai berikut.
1.      Atensi (perhatian), jika ingin mempelajari sesuatu harus memprlihatkannya dengan seksama, berkonsentrasi, jangan banyak hal yang mengganggu pikiran.
2.      Retensi (ingatan), kita harus mampu mempertahankan, mengingat apa yang telah diperhatikan dengan seksama tadi.
3.      Produksi, kita hanya perlu duduk berkhayal untuk menerjemahkan citraan atau diskripsi model kedalam prilaku aktual. Aspek paling penting disini adalah kemampuan kita berimprovisasi ketika kita membayangkan diri kita sebagai model.
4.      Motivasi, adanya dorongan atau alasan-alasan tertentu untuk berbuat meniru model. Ada tiga hal yang merupakan motivasi, yaitu: (i) dorongan masa lalu, (ii) dorongan yang dijanjikan (intensif) yang dapat kita bayangkan, dan (iii) dorongan-dorongan yang kentara (tangible), seperti melihat atau mengingat model-model yang patut ditiru.
Berikut ini merupakan sejumlah prinsip-prinsip panduan (guiding principles) yang melatarbelakangi pembelajaran observasional.
1.      Pengamat akan mencontoh prilaku model jika model itu memiliki karekteritik seperti talenta, kecerdasan, kekuatan, penampilan yang baik, atau popularitas, yang diinginkan atau menarik perhatian siswa pengamat.
2.      Pengamat akan beereaksi sesuai dengan cara model diperlakukan dan menirukan perilaku model.
3.      Ada perbedaan dari prilaku yang didapat pengamat dengan prilaku yang dilakukan pengamat. Melalui observasi, pengamat dapat menerima prilaku tanpa harus memperlakukannya.
4.      Atensi, dengan pengingatan berkaitan dengan penerimaan pembelajaran dari prilaku model, sedangkan produksi dan motivasi akan mengontrol kinerja.
5.      Perkembangan manusia merefleksikan interaksi kompleks antarpribadi, prilaku seseorang dan lingkungannya. Hubungan antar unsur-unsur ini disebut determinisme resiprokal, penentuan timbal balik (reciprocal determinism). Kecakapan kognitif seseorang karakteristik fisik, kepribadian, kepercayaan, dan sikap berpengaruh terhadap prilaku dan lingkungannya.
Pembelajaran observasional dapat berdampak pada pembelajaran dalam hal berikut.
·         Kurikulum- Para siswa harus diberi kesempatan untuk mengamati prilaku model yang memandu kearah penguatan positif.
·         Pengajaran- Pengajar harus menggalakkan pembelajaran kolaboratif, karena umumnya pembelajaran terjadi di dalam konteks sosial dan lingkungan.
·         Penilaian- Perilaku belajar seringkali tidak dapat dilaksanakan kecuali tersedia lingkungan yang benar-benar cocok untuk itu. Pendidik harus menyediakan intensif dan lingkungan yang mendukung agar prilaku positif berlangsung. Jika tidak, maka hasil penilaian tidak akurat.



"Belajar akan sangat melelahkan, belum lagi berbahaya, jika orang harus mengandalkan hanya pada efek dari tindakan mereka sendiri untuk memberitahu mereka apa yang harus dilakukan Untungnya,. Perilaku kebanyakan manusia adalah belajar observasional melalui pemodelan: dari mengamati orang lain satu bentuk ide tentang bagaimana perilaku baru dilakukan, dan pada kesempatan kemudian informasi ini kode berfungsi sebagai panduan untuk bertindak. "
-Albert Bandura, Teori Belajar Sosial, 1977

Teori pembelajaran sosial yang diusulkan oleh Albert Bandura telah menjadi mungkin teori yang paling berpengaruh pembelajaran dan pengembangan. Sementara banyak berakar pada konsep-konsep dasar teori belajar tradisional, Bandura percaya bahwa penguatan langsung tidak bisa account untuk semua jenis pembelajaran.

Teorinya menambahkan elemen sosial, dengan alasan bahwa orang dapat mempelajari informasi baru dan perilaku dengan melihat orang lain. Dikenal sebagai belajar observasional (atau model), jenis pembelajaran ini dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku.
Konsep Dasar Belajar Sosial

1. Orang-orang dapat belajar melalui observasi.

Belajar observasional

Dalam terkenal "Bobo boneka" studi, Bandura menunjukkan bahwa anak-anak belajar dan meniru perilaku yang mereka telah diamati pada orang lain. Anak-anak dalam studi Bandura's diamati dewasa melakukan tindakan kekerasan terhadap boneka Bobo. Ketika anak-anak itu kemudian diizinkan untuk bermain di sebuah kamar dengan boneka Bobo, mereka mulai meniru tindakan agresif mereka sebelumnya diamati.

Bandura mengidentifikasi tiga model dasar pembelajaran observasional:

   1. Model hidup, yang melibatkan seorang individu sebenarnya mendemonstrasikan atau bertindak keluar perilaku.
   2. Model pembelajaran verbal, yang melibatkan deskripsi dan penjelasan tentang perilaku.
   3. Model simbolik, yang melibatkan karakter nyata atau fiksi menampilkan perilaku dalam buku-buku, film, program televisi, atau media online.

2. Mental negara penting untuk belajar.

Intrinsik Tulangan

Bandura mencatat bahwa eksternal, penguatan lingkungan bukan satu-satunya faktor untuk mempengaruhi belajar dan perilaku. Dia menggambarkan penguatan intrinsik sebagai bentuk penghargaan internal, seperti kebanggaan, kepuasan dan rasa keberhasilan. Penekanan terhadap pikiran internal dan kognisi membantu menghubungkan teori belajar teori perkembangan kognitif. Meskipun banyak buku teks tempat teori pembelajaran sosial dengan teori-teori perilaku, Bandura sendiri menggambarkan pendekatan sebagai 'teori kognitif sosial. "

3. Belajar tidak selalu menyebabkan perubahan tingkah laku.

Sementara behavioris percaya bahwa belajar menyebabkan perubahan permanen dalam perilaku, pembelajaran observasional menunjukkan bahwa orang dapat mempelajari informasi baru tanpa menunjukkan perilaku baru.
Proses Pemodelan

Tidak semua perilaku yang diamati secara efektif dipelajari. Faktor-faktor yang melibatkan model dan pelajar dapat memainkan peran dalam apakah pembelajaran sosial adalah sukses. persyaratan tertentu dan langkah-langkah juga harus diikuti. Langkah-langkah berikut terlibat dalam proses pembelajaran observasional dan pemodelan:

    * Perhatian:
      Dalam rangka untuk belajar, Anda perlu memperhatikan. Apa pun yang detracts perhatian Anda akan memiliki efek negatif terhadap belajar. Jika model yang menarik atau ada aspek novel dengan situasi, Anda lebih mungkin untuk mempersembahkan perhatian penuh untuk belajar.

    * Penyimpanan:
      Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar. Retensi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi kemampuan untuk memperoleh informasi kemudian dan bertindak sangat penting untuk belajar.

    * Reproduksi:
      Setelah Anda memperhatikan model dan mempertahankan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku Anda mengamati. praktek lebih lanjut tentang perilaku belajar mengarah pada perbaikan dan kemajuan keterampilan.

    * Motivasi:
      Akhirnya, agar observasional belajar menjadi sukses, Anda harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan. Penguatan dan hukuman memainkan peran penting dalam motivasi. Meskipun mengalami motivator ini dapat sangat efektif, sehingga dapat mengamati pengalaman lain beberapa jenis penguat atau hukuman. Misalnya, jika Anda melihat mahasiswa lain dihargai dengan kredit tambahan karena kelas tepat waktu, Anda mungkin mulai muncul beberapa menit lebih awal setiap hari.




DAFTAR PUSTAKA


Suryono Dan Hariyanto, 2001, Belajar Dan Pembelajaran, Bandung:  PT Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih, 2004, Landasan Psikologi: Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http:Wikipedia 1 April 2012

2 komentar:

  1. Bli, buat masukan aja
    Tiap entrinya dikasi label
    Biar pengunjungnya gag bingung pas nyari info
    Contoh labelnya sesuai mata pelajarannya gitu deh

    BalasHapus

sponsor