KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.
Wr. Wb...
Puji
syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan semua nikmat serta
karunia-Nya, sehingga kita masih bisa merasakan nikmat-nikmat–Nya sampai saat
sekarang ini,.
Yang
kedua kalinya marilah kita bershalawat dan bersalam keharibaan junjungan Alam
Baginda besar kita Rasulallah saw yang telah menyatukan ummat islam dari ujung
masyrik sampai ujung magrhib serta merubah peradaban dunia dari Zaman kekafiran
menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan juga sebagai
salah seorang The Best Leader di Dunia sampai akhirat .yang sampai saat
sekarang ini dan nanti menjadi panutan semua ummat manusia wabil khusus kita
sebagai orang islam.
Makalah ini kami susun untuk menunjang kegiatan
perkuliahan dan menjadi bukti kesadaran kami sebagai seorang Mahasiswa untuk
mengerjakan berbagai macam tugas yang telah ditanggungkan kepada kami. Dan kami
juga berterima kasih kepada teman – teman kelompok yang telah membantu kami
dalam kelancaran pembuatan makalah ini.
Akhirnya, kami berharap Makalah ini dapat menjadi salah
satu sarana belajar bagi semua Mahasiswa dan dapat berguna bagi kita semua.
Namun makalah ini sangatlah jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu kami
mengharapkan kritikan dan kontribusi teman-teman sekalian guna kemajuan kita
bersama.
Sekian
Wassalamu’alaikum.
Wr. Wb
Mataram, 20 Maret 2012
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam
proses ini
perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung
pada
faktor-faktor pendukung belajar yang mempengaruhi siswa. Faktor-faktor ini
umumnya dapat
dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern
berhubungan dengan segala sesuatu yang ada pada diri siswa yang
menunjang
pembelajaran, seperti inteligensi, bakat, kemampuan motorik pancaindra,
dan skema
berpikir. Faktor ekstern merupakan segala sesuatu yang berasal dari luar
diri siswa yang
mengkondisikannya dalam pembelajaran, seperti pengalaman,
lingkungan
sosial, metode belajar-mengajar, strategi belajar-mengajar, fasilitas
belajar dan
dedikasi guru. Keberhasilannya mencapai suatu tahap hasil belajar
memungkinkannya
untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap selanjutnya.
Secara umum
prestasi belajar siswa di Indonesia ditentukan oleh kemampuan
kognitifnya
dalam memahami sebaran materi pelajaran yang telah ditentukan di
dalam kurikulum.
Soemanto (1984:120-121) menyatakan bahwa tingkah laku
kognitif
merupakan tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku
terjadi. Tingkah
laku tergantung pada insight (pengamatan atau pemahaman) terhadap
hubungan yang
ada dalam situasi. Dalam kognisi terjadi proses berpikir dan proses
mengamati yang
menghasilkan, memperoleh, menyimpan, dan memproduksi
pengetahuan
(Monks dan Knoers, 1998:216). Dengan demikian struktur kognitif
sebagai hasil
belajar yang diperoleh siswa mempunyai bentuk yang beraneka ragam.
Praksis ini bisa
kita lihat pada nilai rapor setiap akhir cawu atau NEM setiap akhir
tahun ajaran.
Setiap siswa akan memiliki nilai yang bervariasi untuk setiap mata
pelajaran.
Begitu juga kecenderungan peningkatan nilai siswa akan bervariasi pada
setiap cawu atau setiap
akhir tahun pelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Siapakah
Albert Bandura??
Albert
Bandura (lahir di
Mundare, Kanada, 4 Desember 1925) adalah seorang psikolog. Ia menerima gelar sarjana muda di
bidang psikologi dari University of
British of Columbia
pada tahun 1949. Kemudian, ia melanjutkan studinya
ke Universitas Iowa dan meraih gelar Ph.D pada tahun 1952. Pada tahun 1953, ia mulai mengajar di Universitas Stanford. Hingga saat ini, ia masih mengajar di Unicersitas
Stanford.
Bandura
meneliti beberapa kasus, salah satunya ialah kenakalan remaja. Menurutnya, lingkungan memang membentuk perilaku dan perilaku membentuk lingkungan.
Oleh Bandura, konsep ini disebut determinisme
resiprokal
yaitu proses yang mana dunia dan perilaku seseorang saling memengaruhi.
Lanjutnya, ia melihat bahwa kepribadian merupakan hasil dari interaksi tiga
hal yakni lingkungan, perilaku, dan proses psikologi seseorang. Proses
psikologis ini berisi kemampuan untuk menyelaraskan berbagai citra (images) dalam pikiran dan bahasa.
Dalam
teorinya, Bandura menekankan dua hal penting yang sangat mempengaruhi perilaku
manusia yaitu pembelajaran
observasional
(modeling) yang lebih dikenal dengan teori pembelajaran
sosial dan regulasi diri. Beberapa tahapan yang terjadi
dalam proses modeling:
- Atensi (perhatian)
- Retensi (ingatan)
- Reproduksi
- Motivasi
Menurut
Bandura, ada beberapa jenis motivasi yaitu:
- dorongan masa lalu, yaitu dorongan-dorongan sebagaimana yang dimaksud kaum behavioris tradisional
- dorongan yang dijanjikan (insentif) yaitu yang bisa kita bayangkan
- dorongan-dorongan yang kentara yaitu seperti melihat atau teringat akan model-model yang patut ditiru
Regulasi
diri (kemampuan mengontrol perilaku sendiri) ialah salah satu dari sekian
penggerak utama kepribadian manusia. Tiga tahap yang terjadi dalam proses
regulasi diri yakni:[1]
- Pengamatan diri yakni melihat diri sendiri beserta perilakunya serta terus mengawasi
- Penilaian yakni membandingkan apa yang dilihat pada diri dan perilaku dengan standar ukuran tertentu
- Respon diri yakni proses memberi imbalan pada diri sendiri setelah berhasil melakukan penilaian sebagai respon terhadap diri sendiri
Bagi
mereka yang memiliki konsep diri yang buruk, Bandura memberikan saran untuk memperbaikinya yakni:
Teori
Belajar Sosial (Social Learning)Menurut
Albert Bandura
Teori
belajar sosial disebut juga teori pembelajaran observasional, dikembangkan oleh
Albert Bandura. Bandura bukanlah behavioris murni karena dia juga dipengaruhi
oleh teori kognitivisme yang dikembangkan oleh Jean Piaget, oleh sebab itu
alirannya disebut neobehaviorism atau
behaviorisme baru. Berbeda dengan para behavioris lain, Bandura memandang bahwa
prilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis terhadap stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat dari
reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif individu itu sendiri. Dalam hal ini belajar sosial dan moral terjadi
melalui peniruan (imitation) dan
contoh prilaku (modeling). Hati-hati
dalam membedakan teori belajar menurut Bandura ini dengan teori psikologi
perkembangan sosial (social devlopment)
dari Erikson (seorang penganut aliran psikoanalisis Freud)yang berkembang
sebelumnya.
Teori
Bandura ini juga masih memandang pentingnya conditioning.
Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan
berfikir dan memutuskan prilaku sosial mana yang perlu filaksanakan. Menurut
teori ini individu menguasai lebih banyak dari sekedar yang diperlihatkan oleh
prilakunya. Bandura menyatakan: “Manusia adalah organisme yang mempunyai
kemampuan berpikir, ia dapat mengarahkan diri, dapat menghayati keadaan orang
lain, dapat menggunakan simbol-simbol dan dapat mengatur dirinya sendiri.” Ini
merupakan pandangan baru dalam aliran behaviorisme yang semula sangat
mekanistis dan hanya mengakui kekuatan lingkunagan (Sukmadinata, 2004:157).
Melalui
pembelajaran observasional yang disebut modeling atau menirukan prilaku manusia
model, Bandura mengembangkan teori pembelajaran sosial. Prilaku siswa pengamat
dapat dipengaruhi oleh prilaku model dalam bentuk akibat-akibat positif (vicarious reinforcement, penguatan yang
seolah-olah dialaminya sendiri) maupun dalam akibat-akibat negatif (vicarious punishment).
Proses
modeling terjadi akibat dengan beberapa tahapan sebagai berikut.
1.
Atensi (perhatian), jika ingin mempelajari
sesuatu harus memprlihatkannya dengan seksama, berkonsentrasi, jangan banyak
hal yang mengganggu pikiran.
2.
Retensi (ingatan), kita harus mampu
mempertahankan, mengingat apa yang telah diperhatikan dengan seksama tadi.
3.
Produksi, kita hanya perlu duduk berkhayal
untuk menerjemahkan citraan atau diskripsi model kedalam prilaku aktual. Aspek
paling penting disini adalah kemampuan kita berimprovisasi ketika kita
membayangkan diri kita sebagai model.
4.
Motivasi, adanya dorongan atau
alasan-alasan tertentu untuk berbuat meniru model. Ada tiga hal yang merupakan
motivasi, yaitu: (i) dorongan masa lalu, (ii) dorongan yang dijanjikan
(intensif) yang dapat kita bayangkan, dan (iii) dorongan-dorongan yang kentara (tangible), seperti melihat atau
mengingat model-model yang patut ditiru.
Berikut
ini merupakan sejumlah prinsip-prinsip panduan (guiding principles) yang melatarbelakangi pembelajaran
observasional.
1.
Pengamat akan mencontoh prilaku model
jika model itu memiliki karekteritik seperti talenta, kecerdasan, kekuatan,
penampilan yang baik, atau popularitas, yang diinginkan atau menarik perhatian
siswa pengamat.
2.
Pengamat akan beereaksi sesuai dengan
cara model diperlakukan dan menirukan perilaku model.
3.
Ada perbedaan dari prilaku yang didapat
pengamat dengan prilaku yang dilakukan pengamat. Melalui observasi, pengamat
dapat menerima prilaku tanpa harus memperlakukannya.
4.
Atensi, dengan pengingatan berkaitan
dengan penerimaan pembelajaran dari prilaku model, sedangkan produksi dan
motivasi akan mengontrol kinerja.
5.
Perkembangan manusia merefleksikan
interaksi kompleks antarpribadi, prilaku seseorang dan lingkungannya. Hubungan
antar unsur-unsur ini disebut determinisme resiprokal, penentuan timbal balik (reciprocal determinism). Kecakapan
kognitif seseorang karakteristik fisik, kepribadian, kepercayaan, dan sikap
berpengaruh terhadap prilaku dan lingkungannya.
Pembelajaran
observasional dapat berdampak pada pembelajaran dalam hal berikut.
·
Kurikulum- Para siswa harus diberi
kesempatan untuk mengamati prilaku model yang memandu kearah penguatan positif.
·
Pengajaran- Pengajar harus menggalakkan
pembelajaran kolaboratif, karena umumnya pembelajaran terjadi di dalam konteks
sosial dan lingkungan.
·
Penilaian- Perilaku belajar seringkali
tidak dapat dilaksanakan kecuali tersedia lingkungan yang benar-benar cocok
untuk itu. Pendidik harus menyediakan intensif dan lingkungan yang mendukung
agar prilaku positif berlangsung. Jika tidak, maka hasil penilaian tidak
akurat.
"Belajar akan
sangat melelahkan, belum lagi berbahaya, jika orang harus mengandalkan hanya
pada efek dari tindakan mereka sendiri untuk memberitahu mereka apa yang harus
dilakukan Untungnya,. Perilaku kebanyakan manusia adalah belajar observasional
melalui pemodelan: dari mengamati orang lain satu bentuk ide tentang bagaimana
perilaku baru dilakukan, dan pada kesempatan kemudian informasi ini kode
berfungsi sebagai panduan untuk bertindak. "
-Albert Bandura, Teori Belajar Sosial, 1977
Teori pembelajaran sosial yang diusulkan oleh Albert Bandura telah menjadi mungkin teori yang paling berpengaruh pembelajaran dan pengembangan. Sementara banyak berakar pada konsep-konsep dasar teori belajar tradisional, Bandura percaya bahwa penguatan langsung tidak bisa account untuk semua jenis pembelajaran.
Teorinya menambahkan elemen sosial, dengan alasan bahwa orang dapat mempelajari informasi baru dan perilaku dengan melihat orang lain. Dikenal sebagai belajar observasional (atau model), jenis pembelajaran ini dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku.
Konsep Dasar Belajar Sosial
1. Orang-orang dapat belajar melalui observasi.
Belajar observasional
Dalam terkenal "Bobo boneka" studi, Bandura menunjukkan bahwa anak-anak belajar dan meniru perilaku yang mereka telah diamati pada orang lain. Anak-anak dalam studi Bandura's diamati dewasa melakukan tindakan kekerasan terhadap boneka Bobo. Ketika anak-anak itu kemudian diizinkan untuk bermain di sebuah kamar dengan boneka Bobo, mereka mulai meniru tindakan agresif mereka sebelumnya diamati.
Bandura mengidentifikasi tiga model dasar pembelajaran observasional:
1. Model hidup, yang melibatkan seorang individu sebenarnya mendemonstrasikan atau bertindak keluar perilaku.
2. Model pembelajaran verbal, yang melibatkan deskripsi dan penjelasan tentang perilaku.
3. Model simbolik, yang melibatkan karakter nyata atau fiksi menampilkan perilaku dalam buku-buku, film, program televisi, atau media online.
2. Mental negara penting untuk belajar.
Intrinsik Tulangan
Bandura mencatat bahwa eksternal, penguatan lingkungan bukan satu-satunya faktor untuk mempengaruhi belajar dan perilaku. Dia menggambarkan penguatan intrinsik sebagai bentuk penghargaan internal, seperti kebanggaan, kepuasan dan rasa keberhasilan. Penekanan terhadap pikiran internal dan kognisi membantu menghubungkan teori belajar teori perkembangan kognitif. Meskipun banyak buku teks tempat teori pembelajaran sosial dengan teori-teori perilaku, Bandura sendiri menggambarkan pendekatan sebagai 'teori kognitif sosial. "
3. Belajar tidak selalu menyebabkan perubahan tingkah laku.
Sementara behavioris percaya bahwa belajar menyebabkan perubahan permanen dalam perilaku, pembelajaran observasional menunjukkan bahwa orang dapat mempelajari informasi baru tanpa menunjukkan perilaku baru.
Proses Pemodelan
Tidak semua perilaku yang diamati secara efektif dipelajari. Faktor-faktor yang melibatkan model dan pelajar dapat memainkan peran dalam apakah pembelajaran sosial adalah sukses. persyaratan tertentu dan langkah-langkah juga harus diikuti. Langkah-langkah berikut terlibat dalam proses pembelajaran observasional dan pemodelan:
* Perhatian:
Dalam rangka untuk belajar, Anda perlu memperhatikan. Apa pun yang detracts perhatian Anda akan memiliki efek negatif terhadap belajar. Jika model yang menarik atau ada aspek novel dengan situasi, Anda lebih mungkin untuk mempersembahkan perhatian penuh untuk belajar.
* Penyimpanan:
Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar. Retensi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi kemampuan untuk memperoleh informasi kemudian dan bertindak sangat penting untuk belajar.
* Reproduksi:
Setelah Anda memperhatikan model dan mempertahankan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku Anda mengamati. praktek lebih lanjut tentang perilaku belajar mengarah pada perbaikan dan kemajuan keterampilan.
* Motivasi:
Akhirnya, agar observasional belajar menjadi sukses, Anda harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan. Penguatan dan hukuman memainkan peran penting dalam motivasi. Meskipun mengalami motivator ini dapat sangat efektif, sehingga dapat mengamati pengalaman lain beberapa jenis penguat atau hukuman. Misalnya, jika Anda melihat mahasiswa lain dihargai dengan kredit tambahan karena kelas tepat waktu, Anda mungkin mulai muncul beberapa menit lebih awal setiap hari.
-Albert Bandura, Teori Belajar Sosial, 1977
Teori pembelajaran sosial yang diusulkan oleh Albert Bandura telah menjadi mungkin teori yang paling berpengaruh pembelajaran dan pengembangan. Sementara banyak berakar pada konsep-konsep dasar teori belajar tradisional, Bandura percaya bahwa penguatan langsung tidak bisa account untuk semua jenis pembelajaran.
Teorinya menambahkan elemen sosial, dengan alasan bahwa orang dapat mempelajari informasi baru dan perilaku dengan melihat orang lain. Dikenal sebagai belajar observasional (atau model), jenis pembelajaran ini dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku.
Konsep Dasar Belajar Sosial
1. Orang-orang dapat belajar melalui observasi.
Belajar observasional
Dalam terkenal "Bobo boneka" studi, Bandura menunjukkan bahwa anak-anak belajar dan meniru perilaku yang mereka telah diamati pada orang lain. Anak-anak dalam studi Bandura's diamati dewasa melakukan tindakan kekerasan terhadap boneka Bobo. Ketika anak-anak itu kemudian diizinkan untuk bermain di sebuah kamar dengan boneka Bobo, mereka mulai meniru tindakan agresif mereka sebelumnya diamati.
Bandura mengidentifikasi tiga model dasar pembelajaran observasional:
1. Model hidup, yang melibatkan seorang individu sebenarnya mendemonstrasikan atau bertindak keluar perilaku.
2. Model pembelajaran verbal, yang melibatkan deskripsi dan penjelasan tentang perilaku.
3. Model simbolik, yang melibatkan karakter nyata atau fiksi menampilkan perilaku dalam buku-buku, film, program televisi, atau media online.
2. Mental negara penting untuk belajar.
Intrinsik Tulangan
Bandura mencatat bahwa eksternal, penguatan lingkungan bukan satu-satunya faktor untuk mempengaruhi belajar dan perilaku. Dia menggambarkan penguatan intrinsik sebagai bentuk penghargaan internal, seperti kebanggaan, kepuasan dan rasa keberhasilan. Penekanan terhadap pikiran internal dan kognisi membantu menghubungkan teori belajar teori perkembangan kognitif. Meskipun banyak buku teks tempat teori pembelajaran sosial dengan teori-teori perilaku, Bandura sendiri menggambarkan pendekatan sebagai 'teori kognitif sosial. "
3. Belajar tidak selalu menyebabkan perubahan tingkah laku.
Sementara behavioris percaya bahwa belajar menyebabkan perubahan permanen dalam perilaku, pembelajaran observasional menunjukkan bahwa orang dapat mempelajari informasi baru tanpa menunjukkan perilaku baru.
Proses Pemodelan
Tidak semua perilaku yang diamati secara efektif dipelajari. Faktor-faktor yang melibatkan model dan pelajar dapat memainkan peran dalam apakah pembelajaran sosial adalah sukses. persyaratan tertentu dan langkah-langkah juga harus diikuti. Langkah-langkah berikut terlibat dalam proses pembelajaran observasional dan pemodelan:
* Perhatian:
Dalam rangka untuk belajar, Anda perlu memperhatikan. Apa pun yang detracts perhatian Anda akan memiliki efek negatif terhadap belajar. Jika model yang menarik atau ada aspek novel dengan situasi, Anda lebih mungkin untuk mempersembahkan perhatian penuh untuk belajar.
* Penyimpanan:
Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar. Retensi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi kemampuan untuk memperoleh informasi kemudian dan bertindak sangat penting untuk belajar.
* Reproduksi:
Setelah Anda memperhatikan model dan mempertahankan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku Anda mengamati. praktek lebih lanjut tentang perilaku belajar mengarah pada perbaikan dan kemajuan keterampilan.
* Motivasi:
Akhirnya, agar observasional belajar menjadi sukses, Anda harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan. Penguatan dan hukuman memainkan peran penting dalam motivasi. Meskipun mengalami motivator ini dapat sangat efektif, sehingga dapat mengamati pengalaman lain beberapa jenis penguat atau hukuman. Misalnya, jika Anda melihat mahasiswa lain dihargai dengan kredit tambahan karena kelas tepat waktu, Anda mungkin mulai muncul beberapa menit lebih awal setiap hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Suryono
Dan Hariyanto, 2001, Belajar Dan
Pembelajaran, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sukmadinata,
Nana Syaodih, 2004, Landasan Psikologi:
Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http:Wikipedia 1 April 2012
Bli, buat masukan aja
BalasHapusTiap entrinya dikasi label
Biar pengunjungnya gag bingung pas nyari info
Contoh labelnya sesuai mata pelajarannya gitu deh
Hmmm hmmm... Yaa yaaa yaaa :D
Hapus