ads

Selasa, 12 Juni 2012

Belajar Pembelajaran


A. Teori Belajar Humanistik
Teori belajar yang humanistik pada dasarnya memiliki tujuan belajar untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu, proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, si pembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membentu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dakam mewujudkan potensi-potensi yang ada did lama diri mereka.
Menurut aliran humanistic, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi kenutuhan-kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistic melihat bahwa manusia memiliki keinginan alami untuk berkembang, untuk menjadi lebih baik, dan juga belajar.
Secara singkat, pendekatan humanistic dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampun membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar humanisti, belajar dianggap berhasil jika pembelajar memeahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusa agar lamabat laun dirinya mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.


B. Tokoh-tokoh Teori Belajar Humanistik
1.    Arthur Combs ( 1912 – 1999 )
Bersama dengan Donal Snygg ( 1904-1967 ) mereka mencurahkan banyak perhatian terhadap dunia pendidikan.
Makna adalah konsep dasar yang sering sigunakan dalam teori belajar humanistic. Dengan demikian, belajar terjadi apabila mempunyai arti bagi individu, Guru tidak dapat memaksakan materi yang tidak disukai atau relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan berarti bodoh akan tetapi mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya.
Untuk itu, guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseroarang dari yang lainnya.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.Padahal makna yang diharapkan siswa untuk memperoleh makna belajar dari materi pembelajaran tersebut yang menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupannya sehari-hari.
Combs memberikan lukisan presepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran ( besar dan kecil ) yang bertitik pusat satu. Lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi dan lingkaran besar adalah gambaran dari persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri, makin berkurang pengaruhnya terhadap perilaku, Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, akan makin mudah hal itu terlupakan oleh siswa.

2.    Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal : (1) suatu usaha yang positif untuk berkembang, dan ( 2 ) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarkis. Pada diri setiap orang terdapat berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha dan berkembang, takut untuk mengembil kesempatan, takut dengan apa yang sudah dimiliki, dan sebagainya.
Tetapi di sisi lain, seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, kea rah berfungsinya semua kemampuan, kea rah kepercayaan diri menghadapi dunia luar, dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan manusia menjadi tujuh hierarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah dia dpat menginginkan kebutuhan yang terletak diatasnya, ialah kebutuhan mendapat rasa aman dan seterusnya, Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini merupakan implikasi yang pentingh yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu mengajar, ia mengatakan bahwa perhatian dan motovasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
Dalam artikel “ some educational implications of the Humanistic Psychologist “ Abraham Maslow mencoba untuk mengkritik teori freud dan behaviourstik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adlah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalis Freud. Pendekatan ini melihat setelah kejadian “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakuakn hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagi potensi manusia. Para pendidik yang beraliran humanistic biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif di sini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapt dalam domain afektif, misalnya keterampilan membangun dan menjaga hubungan yang hangat denga orang klain , bgaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, kesadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas keterampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menitikberatkan pada hubungan interpersonal, para pendidik yang beraliran humanistic juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakn dan berfantasi. Pendidik Humanistik mencoba untuk melihat dalam spectrum yang luas menegnai perilaku manusia. “ Berapa banyak hal yang dapat dilakukan oleh manusia ? Dan bagaimana aku dapat membantu mereka untuk melakukan hal-hal itu dengan lebih baik ?.”
Melihat hal-hal yang diusahakan oleh para pendidik humanistic, tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang menggangu perkembangfan, sementara humanistic melijat keuntungan pendidikan emosi. Jadi, dapat dikatakan bahwa emosdi adalah karateristik yang sangat kuat  yang tampak dari pada pendidik beraliran humanistic. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikan salah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistic ini sama seperti yang kita peroleh dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.
Berbeda dengan behaviourisme yang melihat motivasi manusia sebagai suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manusia atau dengan Freudian yang melihat motivasi sebagi berbagai macam kebutuhan seksual, humanistic memandang perilaku manusia sebagai campuran motivasi yang lebih rendah atau yang lebih tinggi. Hal ini memunculkan salah satu cirri utama pendekatan humanistic, yaitu bahwa yang dilihat adalah perilaku manusia, bukan spesies lain. Akan sangat jelas perbedaan antara motivasi manusia dan motivasi yang dimiliki binatang. Hierarki kebutuhan motivasi Maslow menggambarkan motivasi manusia yang berkeinginan unutk bersama manusia lain, berkompetensi, dikenali, aktualisasi diri sekaligus juga menggambarkan motivasi dalam tingkat yang lebih rendah, seperti kebutuhan fisiologis dan keamanan.

3.    Carl Ransom Rogers
Meskipun teori yang dikemukakan oleh Rogers adalah salah satu teori holistic, namun keunikan teori adalh sifat humanis yang terkandung di dlamnya. Teori humanistic Rogers pun mempunyai baerbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi ( person centered ), non-directive, klien ( client centered ), teori yang berpusat pada murid ( student centered ), teori yang berpusat pada kelompok ( group centered ) dan person to person. Namun istilah person centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Dasar teori ini sesua dengan pengertian humanism pada umumnya, dimana humanism adalah doktrin, sikap dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan , harga diri dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu. Asumsi dasar teori Rogers adalah :
-       Kecenderungan formatif : Segala hal di dunia baik organic maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
-       Kecenderungan aktualisasi : Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju kesempurnaan atau pemenuhan potensi dirinya. Tiap individu mempunyai kekuatan kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.
Teori Rogers dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkan 3 sikap dalam fasilitator belajarnya yaitu :
-       Realitas di dalam fasilitator belajar : Merupan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirnya sendiri dan tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk ke dalam hubungan dengan pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.
-       Penghargaan, penerimaan dan kepercayaan : Menghargai pendapat, perasaan dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan akan satu sama lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, maka akan muncul kepercayaan akan satu dengan yang lainnya.
-       Pengertian yang empati : Untuk mempertahankan iklim belajar atas inisiatif sendiri, maka guru harus memiliki pengetian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus memiliki kesadaran yang senditif bagi jalannya preoses pendidikan dengan tidak menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan materi pendidikan di pandang dari murid dan bukan guru.
Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti mempelajari mesin denga tujuan untuk memperbaiki mobil. Experiental Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajr experiental learning mencakup : ketelibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu :
-       Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
-       Siswa akan memepelajari hal-hal yang bermaknan bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
-       Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakana bagi siswa.
-       Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistic yang penting diantaranya adalah :
-       Manusia itu mempunyai kemampuan belajar alami.
-       Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pembelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.
-       Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
-       Tugas-tugas belajar uang mengancam diri lebih mudah dirasakan dan diasimilisasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu makin kecil.
-       Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapt diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
-       Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
-       Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut serta bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
-       Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
-       Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirnya sendiri. Penilaian dari orang lain merupakan kedua yang penting.
-       Belajar yang paling berguna secara social di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers, diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975. Model ini mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung, yaitu empati, penghargaan, dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
-       Merespons perasaan siswa
-       Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang.
-       Berdialog dan berdiskusi dengan siswa.
-       Menghargai siswa.
-       Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan.
-       Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa ( penjelasan unutk memantapkan kebutuhan segera dari siswa ).
-       Tersenyum pada siswa.
Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa guru yang fasilitatif mampu mengurangi angka membolos, meningkatkan angka konsep diri, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat berpikir yang lebih tinggi.
C. Aplikasi Teori Belajar Humanistik
            Pengertian humanistic yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistic dalam pendidikan. Dalam artikel “ What is The Humanistik Education ?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas dan guru dapat dikatakan bersifat humanistic dalam beberapa criteria. Hal ini menunjukan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistic dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistic.
Aplikasi teori humanistic lebih menunjukan pada roh atau spirit selam proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistic adalah menjadi fasilitator bagi para siswa dengan memberikan motivasi terkait dengan kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memberikan fasilitas pengalaman belajar siswa dan mendapingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama ( student centered ) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Dengan peran tersebut, diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif, dan meminimalkan potensi diri yang negative.
Tujuan pembelajaran lebih dititikberatkan pada proses belajar daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
-       Merumuskan tujuan belajar yang jelas.
-       Mengusahakan partisipasi aktif siswa mellui kontrak belajar yang bersifar jujur, jelas dan positif.
-       Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.
-       Mendorong siswa untuk peka kritis, memaknai proses pembelajaran secar mandiri.
-       Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannyasendiri, melakuakan apa yang diinginkan dan menanggung risiko dari perilaku dan ditunjukan. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiransiswa, tidak menilai secar normative tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala perbuatannya atau proses belajarnya.
-       Memberikan kesempatan kepada murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya. Evaluasi diberikan secar individual berdasarkan perolehan prestasi siswa. Pembelajaran berdasarkan teori humanistic ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terpikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sponsor