ads

Senin, 11 Juni 2012

Penghantar pendidikan Kelompok 3 Landasan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pendidikan dapat diartikan dari berbagai sudut pandang, yaitu: pendidikan berwujud sebagai suatu sistem, artinya pendidikan dipandang sebagai keseluruhan gagasan terpadu yang mengatur saha-usaha sadar untuk membina seseorang mencapai harkat kemanusiaannya secara utuh, pendidikan berwujud sebagai suatu proses, artinya pendidikan dipandang sebagai pelaksanaan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka mencapai harkat kemanusiaan seseorang secara utuh, dan pendidikan berwujud sebagai hasil, artinya pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang telah dicapai atau dimiliki seseorang setelah proses pendidikan berlangsung.Kegiatan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang setua dengan usia manusia. Artinya sejak adanya manusia telah ada usaha-usaha pendidikan, dalam rangka memberi kemampuan kepada peserta didik untuk dapat hidup secara mandiridi dalam masyarakat. Sistem pendidikan yang dianut oleh setiap negara akan mewarnai operasionalisasi pendidikannya, baik menyangkut isi, bentuk, struktur kurikulum, maupun komponen pokok pendidikan yang lain. Tampaknya terdapat adanya korelasi antara sistem pendidikan dengan tingkat kemajuan dan kebudayaan suatu kelompok manusia atau suatu bangsa. Makin tinggi kebudayaan suatu bangsa, makin tinggi dan makin kompleks, proses pendidikan yang terdapat pada bangsa yang bersangkutan.Upaya pendidikan sebagai suatu sistem, dengan demikian akan selalu relevan (gayut) pada landasan yang digunakan dalam proses pendidikan. Landasan pendidikan pada hakikatnya adalah dasar-dasar, titik pijak yang melandasi operasionalisasi sistem pendidikan. Landasan pendidikan secara umum menyangkut:
1.      landasan filosofis
2.      landasan sosiologis
3.      landasan cultural
4.      landasan psikologis
5.      landasan ilmiah dan teknologis.tahankan hidupnya, mengembangkan dirinya, dan secara bersama-sama membangun masyarakatnya.

Melalui sistem pendidikan nasional, setiap rakyat Indonesia pada dasarnya harus mampu menghayati nilai-nilai budaya Indonesia dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai itu secara kreatif serta dapat meningkatkan kemampuan memperoleh dan menciptakan pekerjaan melalui bermacam-macam kemungkinan.Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional pada hakikatnya adalah fundamen (dasar) yang menjiwai dan mewarnai pelaksanaan pendidikan dalam rangka mencapai tujuanpendidikan.Dari kesebelas asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional menurut rumusan KPPN tersebut di atas, yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan pendidikan yang dibahas secara khusus di sini, adalah:
1.      Asas tut wuri handayani
2.      Asas pendidikanseumur hidup yang berintikan belajar seumur hidup. Uraian untuk masing-masing asas akan dipaparkan di bawah ini:

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi diri dengan hanya mengkaji masalah-masalah sebagai berikut:
1.  Bagaimana Landasan Pendidikan?
2.  Bagaimana Asas-asas Pendidikan?    
3.Bagaimana Penerapan Asas-asas Pendidikan disekolah dan diluar sekolah?

C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:
1.    Menjelaskan Landasan Pendidikan
2.    Menjelaskan Asas-asas Pendidikan
3.    Menjelaskan Penenrapan Asas-asas Pendidikan disekolah dan diluar sekolah 
BAB II
PEMBAHASAN
 
A.  Landasan Pendidikan
(Dhatu Aryantika) Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.

a.    Landasan Filosofik Pendidikan
Upaya pendidikan tidak dapat dipisahkan dari pemikiran-pemikiran filsafati yang terjadi di belakang peristiwa pendidikan. Filsafat sebagai ilmu dan semua ilmu, berperan untuk mempersoalkan dan mengkaji segala sesuatu yang berada "di belakang" peristiwa pendidikan. Peran filsafat ini yang meletakkan dasar pikiran kepada landasan pendidikan. Landasan filosofik sebagai salah satu pondasi dalam pelaksanaan pendidikan bergayut dengan sistem nilai. Sistem nilai merupakan pandangan seseorang tentang "sesuatu" terutama berkaitan dengan arti kehidupan (pandangan hidup). Pandangan hidup sebagai sistem nilai yang dipegang bukan semata-mata terdapat pada individu, melainkan juga pada sekelompok masyarakat suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa adalah Pancasila. Oleh karena itu kaidah dan norma sosial maupun sistem nilai yang dianut secara nasional mengacu kepada Pancasila. Berkenaan dengan landasan filosofik pepdidikan, maka operasionalisasi pendidikan baik secara makro maupun mikro haruslah berlandaskan Pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia Indonesia yang ber-Pancasila. Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggungjawab atas pembangunan bangsa (Tap MPR No. II/MPR) Pancasila sebagai landasan filosofik pendididikan, berarti bahwa:
a.    Dijiwai dan didasarkan kepada Pancasila.
b.    Sistem penyelenggaraan, pembinaan dan pengembangan pendidikan nasional harus berlandaskan Pancasila.
c.    Hakikat manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk religius haruslah diwujudkan melalui upaya pendidikan, sehingga akan tercipta integritas kepribadian manusia Indonesia sesuai dengan yang dicita-citakan Pancasila. Filsafat mencakup nilai yang dijunjung tinggi dan dijadikan pedoman perbuatan, dengan demikian dalam keseluruhan proses pendidikan, pendidik harus mempunyai tolehan rnengenai gambaran masyarakat yang dicita-citakan dan bagaimanakah individuyang harus dibentuknya. Di sampmg itu landasan filosofiknya menjadi acuan dalam menentukan tujuan, corak, metode dan alat pendidikap. Selanjutnya arah pendidikan hendaknya bermuara pada aspek mtegralistik (individu dan sosial), aspek etik (taat pada norma-norrna Pancasila), dan aspek religius (kebebasan agama).

b.   Landasan Sosiologik Pendidikan
Pendidikan tidak berlangsung dalam arti keadaan vakum sosial. Dua isu yang akan dibahas yaitu:  pendidikan dan masyarakat,  pendidikan dan perubahan sosial.
Pendidikan dan Masyarakat
Dilihat dari sudut masyarakat secara keseluruhan, fungsi pendidikan untuk memelihara kebudayaan. Kebudayaan berhubungan dengan nilai-nilai, kepercayaan, norma-norma yang turun-temurun dari generasi ke generasi dan mengalami perubahan.

Keluarga dan sekolah
Keluarga merupakan salah satu pelaksanaan sosialisasi di masyarakat. Faktor terpenting dalam hubungan antara keluarga dan sekolah adalah bahwa keluarga tetap mempunyai tanggung jawab utama dalam proses sosialisasi, meskipun sekolah dalam sosialisasi mempunyai tanggung jawab untuk menyampaikan informasi, keterampilan dan nilai-nilai serta norma-norma untuk membekali anak agar dapat berpartisipasi lebih tepat guna.

Pemerintah dan sekolah
Tugas utama pemerintah adalah mengupayakan agar sekolah dapat membentuk masyarakat baru yang bertanggung jawab dan ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat sesuai dengan garis kebijaksanaan pemerintah. Dengan demikian akan tercipta suatu sistem pemerintahan dan pendidikan yang mantap.

Ekonomi dan sekolah
Pertumbuhan ekonomi masyarakat tergantung pada tersedianya tenaga ahli yang terdidik dan terlatih yang dihasilkan oleh sekolah. Sebaliknya keberadaan dan perkembangan lembaga sekolah tergantung pada dana yang disediakan oleh masyarakat.

Agama dan sekolah
Budaya masyarakat banyak dipengaruhi oleh nilai dan norma agama yang dianut masyarakat. Karena sekolah merupakan salah satu lembaga sosialisasi masyarakat yang bertujuan membekali peserta didik agar dapat hidup di masyarakat, maka pendidikan agama menjadi pelajaran sekolah.

Masyarakat dan sekolah
Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan masyarakat dan tidak bisa lepas dari pengaruh kondisi masyarakat. Sistem persekolahan harus memperhatikan aspirasi masyarakat, sebaliknya masyarakat harus terlibat langsung dalam memelihara keberadaan dan 'kelangsungan sekolah. Peran sekolah terhadap masyarakat adalah:
·         Sebagai pewaris, artinya mentransformasikan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai kepada siswa melalui proses belajar-mengajar di dalam kelas maupun kegiatan di luar kelas.
·         Sebagai pemelihara, artinya melalui sekolah dapat diupayakan kelestarian nilai-nilai budaya yang sudah mapan.
·         Sebagai agen pembaharuan, yang meliputi reproduksi berdaya, difusi kebudayaan, dan peningkatan kemampuan peserta didik berpikir kritis.

Pendidikan dan Perubahan Sosial Sekolah dan masyarakat saling mempengaruhi dalam berbagai cara. Beberapa di antara pembahan tersebut adalah:
1)      Perubahan teknologi "Dilihat dari sudut pandang sekolah, perubahan teknologi mempunyai tiga dampak penting yaitu:
a.     Perubahan teknologi dapat menciptakan suatu tuntutan bagi individu untuk memiliki keterampilan baru. Efeknya bagi sekolah adalah terjadinya perubahan kurikulum pada bidang-bidang yang dapat memenuhi tuntutan tersebut.
b.    Perubahan teknologi menuntut agar sekolah dapat mempersiapkan lulusannya untuk dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan yang terjadi.
c.     Pengaruh teknologi terhadap sekolah yang terutama adalah pada penggunaan media pembelajaran, komunikasi, transformasi, dan revolusi biologik.
2)      Perubahan demografi. Perubahan penting yang terjadi berhubungan dengan ukuran, penyaluran dan komposisi penduduk. Pengaruhnya terhadap pendidikan antara lain:
a.       Pengembangan kebijaksanaan pendidikan
b.      Pembatasan secara ketat penerimaan siswa baru
c.       Ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan fasilitas pendidikan.
3)      Urbanisasi dan sub-urbanisasi. Meningkatnya urbanisasi dan sub-urbanisasi sebagai dampak perubahan demografi menimbulkan permasalahan yang harus dihadapi oleh sekolah. Beberapa di antaranya yaitu:
a.       Tanggung jawab sekolah membantu penyesuaian diri dari berbagai macam kelompok yang sebagian besar merupakan penduduk perkotaan.
b.      Sekolah mempunyai peranan yang penting dalam membantu mekanisme kontrol sosial di masyarakat.
c.       Sekoiah menentukan pengalaman pendidikan khususnya dalam mempersiapkan peserta didik secara tepat untuk hidup di perkotaan.
4)      Perubahan politik masyarakat, bangsa dan Negara. Dua perubahan utama telah dan akan terus berlangsung, yang memiliki efek terhadap pendidikan, terjadi di dalam struktur pemerintahan di dalam masyarakat, yaitu:
Pemerintah telah dan sedang mengusahakan peningkatan relevansi penyelenggaraan pendidikan yang efektif dan efisien meningkatkan kemudahan dalam komunikasi informasi antara pusat–daerah, daerah–daerah, agar arus komunikasi informasi pembaharuan pendidikan berjalan lancar. Desiminasi–inovasi pendidikan: kelembagaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara terpadu. Peningkatan kegiatan penelitian untuk memberi masukan dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan. Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan: dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan, pemerintah melakukan berbagai upaya, yaitu usaha menemukan cara baru dan pemanfaatan teknologi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam, usaha pemanfaatan hasil penelitian pendidikan bagi peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan usaha pengadaan ruang belajar, ruang khusus (bengkel kerja, konseling, pertemuan, dan sebagainya) yang menunjang kegiatan pembelajaran.

c.  Landasan Kultural Pendidikan
Sebagai salah satu faktor yang ikut menentukan kelangsungan hidup suatu masyarakat adalah kesanggupan dan kemampuan anggotanya untuk mendukung nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Pendidikan sebagai sub-sistem masyarakat mempunyai peranan mewariskan, memelihara dan sekaligus sebagai agen pembaharuan kebudayaan.Pendidikan dapat dikonsepkan sebagai proses budaya manusia. Kegiatanya dapat berwujud sebagai upaya yang dipikirkan, dirasakan dan dikehendaki manusia. Pada dasarnya pendidikan merupakan unsur dan peristiwa budaya. Pendidikan melibatkan sekaligus kiat dan disiplin pengetahuan mempengaruhi manusia belajar. Pendidikan merupakan proses budaya, yakni generasi manusia berturut-turut mengambil peran sehingga menghasilkan peradaban masa lampau dan mengambil peranan di masa kini dan mampu menciptakan peradaban di masa depan. Dengan kata lain pendidikan memiliki tiga peran, sebagai pewarisan, sebagai pemegang peran dan sebagai pemberi kontribusi. Dengan demikian dapat dipahami pendidikan sebagai aset untuk pemeliharaan masa lampau, penguatan individu dan masyarakat yang sekarang serta sebagai peny'apan manusia berperan di masa datang. Pendidikan sebagai proses upaya pemeliharaan dan peran dalam membangun peradaban dan pendidikan tidak terbatas pada benda-benda yang tampak seperti bangunan fisik, melainkan meliputi: gagasan, perasaan dan kebiasaan, peran dan alam kehidupan sekarang juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masa yang akan datang, karena pemeliharaan peradaban manusia merupakan tugas tanpa akhir.
Analisis antropologi budaya dapat membantu mengatasi problema-problema pendidikan yang dimunculkan oleh kelompok-kelompak minoritas dan budaya- yang lain. Sudut tujuan antropologi sosial, menjelaskan pendidikan dapat merupakan bentuk bimbingan formal terhadap perilaku anggota masyarakat yang relatif baru ke dalam tradisi nenek moyang mereka melalui berbagai moel indoktrinasi yang berbeda antara masyarakat satu dengan yang lainnya. Melalui proses indoktrinasi yang berlangsungterus-menerus timbul kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki budaya tertentuyang pada gilirannya pula menampilkan bentuk pendidikan yang berbeda- beda.Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk budaya dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat. Salah satu cara untuk memelihara kebudayaan adalah melalui pengajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai penyampai dan sekaligus pengembangan kebudayaan.
a.       Kebudayaan dan sekolah Tradisi kebudayan menghambat perkembangan dalam berkompetisi dengan kelompok lain. Sejalan dengan penelitian Otto Klinerberg (1954) bahwa kegagalan kelompok minoritas umumnya bukan disebabkan semata-mata oleh ras, atau suku namun disebabkan oleh tradisi budaya mereka.
b.       Prasangka dan pertentangan di berbagai kelompok budaya. Pertentangan yang disebabkan adanya berbagai kelompok budaya dari ras dapat berupa prasangka negatif di antara sesama kelompok dan hal ini berpengaruh terhadap pendidikan.
c.       Stereotipe Keefektifan dalam pengajaran timbul dan siswa akan lebih terbimbing, serta kesegaran dan rasa takut berkurang jika guru menunjukkan stereotipe yang menyenangkan.
Berdasarkan pada penemuan empirik. Keahlian paedagogik sangat tergantung pada sekumpulan pengetahuan yang tersusun dalam sistematika tsntang mekanisme proses belajar-mengajar, presets ini bersifat psikologik. Perhatian utama dalam psikologi pendidikan adalah: (a) sifat dan karakteristik siswa; (b) sifat proses belajar; (c) cara guru membuat proses belajar siswa; (d) penetapan prinsip-prinsip ilmiah. Psikologi sebagai ilmu bantu yang mendasari pelaksanaan pendidikan berorientasipada tiga hal yaitu: hakikat siswa, proses belajar, dan peranan guru. Di antara ketiga hal tersebut kedudukan guru sebagai sentral pengendalian proses belajar-mengajar. Sehubungan dengan kedudukan yang sentral ini, maka dalam penyampaian pesan guru perlu mendasarkan pada: (a) perbedaan individu siswa, seperti sifat, minat, sikap, bakat,-karakteristik, kemampuan, temperatem, dan sebagainya; dan (b) belajar (prinsip-prinsip belajar). Dalam kehidupannya manusia selalu terlibat dalam kegiatan belajar. Pada dasarnya teori-teori belajar dapat diketagorikan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:
a.       Teori disiplin mental, yang meliputi:
1.      Disiplin mental yang mengartikan belajar sebagai usaha melatih atau mendisiplinkan daya pikir.
2.      Pemekaran secara alami (aktualisasi), memberikan peluang pada subjek didik agar berkembang sesuai kehendak Sang Pencipta.
3.      Persepsi merupakan proses asosiasi ide-ide baru dengan ide-ide lama yang telah terdapat dalam jiwa kita.
b.      Rumpun behaviorisme.
1.      Conditioning S-R merupakan perubahan dalam tingkah laku yang dapat diamati dan yang dapat terjadi melalui stimulus dan respons yang dihubungkan dengan prinsip mekanis.
2.      Conditioning tanpa reinforcement.
3.      Conditioning melalui reinforcement
c.   Rumpun gestalt-medan.
1.      Teori insight, tokohnya M Wertheimer dan Koffka. Aliran ini berpendirian bahwa keseluruhan lebili bermakna daripada bagian-bagian, manusia berusaha aktif mencapai tujuan dan individu bertindak atas berbagai pengaruh di dalam dan di luarindividu.
2.      Goal-insight (pemahaman bertujuan).
3.      Medan kognitif. Menurut Rogers ada cita-cita pokok dan kepribadian manusia yaitu:
a.         Realita adalah bersifat fenomcnologis
b.         Tingkah laku seseorang terjadi di dalam konteks realitas pribadi
c.         Tingkah laku seseorang dimotivasi oleh kebutuhan untuk aktualisasi diri
d.        Jati diri tersusun oleh masing-masing individu. Tingkah laku kita adalah konform dengan artian kita tentang diri kita sendiri.
Pada saat ini ada 3 model pandangan guru dalam hal menentukan sikap terhadap teori-teori belajar yang ada yaitu:
1)      Mengikuti satu teori tertentu,
2)      Bersifat ekietik, secara selektif meminjam berbagai teori yang tidak bertentangan.
3)      Menyintesiskan bagian-bagian dari teori belajar tertentu sesuai idenya sendiri. Dalam setiap situasi belajar, setidak-tidaknya terdapat empat hal yang harus diperhatikan demi berhasilnya kegiatan belajar. Keempat hal yang merupakan kondisi umum belajar tersebut adalah:


a.       Stimulus belajar
Dalam setiap situasi belajar, bahan yang dipelajari harus disajikan kepada siswa secara mudah, dalam arti informasi yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti oleh siswa. Informasi yang dipelajari oleh siswa diterima dalam bentuk stimuli tersebut dapat benar-benar mengkomunikasikan informasi atau pesan yang ingin disampaikan oleh guru kepada siswa.
b.      Kegiatan belajar tidak dapat terjadi tanpa adanya perhatian dan motivasi siswa terhadap stimuli belajar. Guru hendaknya menimbulkan dan mempertahankan perhatian siswa dalam kegiatan, belajar.
c.       Belajar adalah suatu proses aktif, untuk itu siswa hendaknya dilibatkan kepadabahan yang dipelajari. Pelibatan itu meliputi perhatian, proses internal terhadap informasi dan tindakan yang nyata.
d.      Penguatan dan umpan balik
Melalui penguatan, sisa mendapatkan informasi mengenai keberhasilannya dalam melaksanakan tugas. melalui penguatan ini, dia mengetahui bagaimana memperbaiki responsnya, dan seberapa besar perubahan yang harus dilakukan untuk memperbaiki responsnya. Dalam belajar haruslah diciptakan sedemikian rupa sehingga siswa dapat memperoleh umpan balik secara langsung. la harus menerima umpan-balik segera (immediate feed back) tentang derajat sukses pelaksanaan tugas yang diberikan kepadanya.

      d.  Landasan Ilmiah dan Teknologi Pendidikan
Salah satu nilai pendidikan adalah membekali peserta didik agar dapat mengembangkan iptek. Kemampuan dalam bidang iptek menyangkut kemampuan dalam ilmu pengetahuan (science), rekayasa (engineering) dan teknologi. Kegiatan ilmu pengetahuan yang menyangkut proses meuyelidiki suatu fenomena yang menghasilkan teori, model dan cara-cara untuk mempengaruhi fenomena tersebut. Kegiatan teknologi adalah proses memproduksi barang dan jasa, yang juga menghasilkan sejumlah konsep dan metode mengenai proses produksi tersebut. Kegiatan rekayasa menghubungkan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu mencari bagaimana caranya menyelesaikan suatu masalah. Dengan spektrum kegiatan iptek tersebut, kontribusi pendidikan terhadap kemajuan iptek dapat berupa mulai dari kegiatan hafalan meneliti suatu fenomena, menyelesaikan masalah dan sampai produksi barang. Hubungan antara pendidikan dan iptek saling bergantung dan timbal balik, artinya kemajuan pendidikan diarahkan untuk kemajuan iptek, sebaliknya perkembangan iptek akan berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan. Ini berarti bahwa operasionalisasi pendidikan harus pula berlandaskan pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, agar pendidikan tidak ketinggalan dengan pesatnya kemajuan iptek.
Asumsi-asumsi apakah yang kiranya dapat berjalan beriringan dengan kemajuan iptek. Asumsi-asumsi tersebut menurut Tosten Husen (1988: 212), adalah:
a.       Pendidikan akan menjadi proses seumur hidup.
b.      Pendidikan tidak akan lagi terputus-putus, pendidikan akan lebih banyak merupakan proses terus menerus dipandang dari perjalanan waktu maupun dari segi keterpaduannya di dalam fungsi-fungsi lain di dalam kehidupan.
c.       Pendidikan formal yang biasa berlangsung di gedung sekolah konvensional akan lebih mempunyai arti dan lebih relevan dalam hal penerapannya, karena dapat dijangkau oleh semakin banyaknya perorangan.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka agar pendidikan selalu bergayut dengan perkembangan iptek, diperlukan adanya reorientasi mengenai arah dan tujuan pendidikan di sekolah yaitu tidak lagi mengutamakan alih pengetahuan, melainkan peningkatan kemampuan belajar (learning capacity) siswa dan belajar seumur hidup tanpa akhir. Hal ini berarti perlu kita tanggalkan selekas-lekasnya sistem pengajaran secara hafalan di luar kepala, secara memorisasi, pada semua tingkat sistem pendidikan. Cara mendidik harus mengakui dan menerima individualitas setiap siswa, dan mencoba merangsangnya untuk berpikir sendiri secara kritis dan krearif.

B.     Asas-asas Pendidikan (Dyah Widyastuti & Tri Yuniati)
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran untuk menjadi dasar atu tumpuan berfikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Telah dikemukakan berbagai asas tersebut dengan pengkajian berbagai dimensi hakikat menusia keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman). Pandangan tentang hakikat manusia merupakan tumpuan berfikir utama yang sangat penting dalam pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri (Umar Tirtarahardja, 2008:117). Pendidikan di Indonesia terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan. Asas –asas itu bersumber baik dari kecenderungan umum pendidikan didunia maupun yang bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia. Asas-asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas belajar sepanjang hayat, dan asas kemanidirian dalam belajar. Uraian dari masing-masing asas yaitu sebagai berikut:
1.    Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani ini termasuk salah satu asas dari system among yang dikembangkan oleh Ki hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional) telah merumuskan pengelolaan situasi belajar dan mengajar dengan asas pengendalian yang terkenal dengan ajarannya Tut Wuri Handayani. Ajaran ini secara lengkap berbunyi :Ing ngarso sung tulodoIng madyo mangun karsoTut wuri handayaniArtinya:Jika didepan menjadi teladanJika ditengah membangkitkan hasrat untuk belajarJika dibelakang memberi dorongan dan pengawasan. Seperti diketahui Perguruan Nasional taman siswa yang lahir pada tanggal 3 Juli 1922 berdiri diatas tujuh asas yang merupakan asas perjuangan untuk menghadapi Pemerintah Kolonial belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan sifat yang nasional dan demokrasi. Ketujuh asa tersebut yang secara singkat disebut “Asas 1922” yaitu sebagai berikut :
a.    Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum.
b.    Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
c.    Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d.   Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
e.    Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya lahir maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapundan dari siapapun yang mengikat baik berupa ikatan lahir maupun ikatan batin.
f.     Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
g.    Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak. Maksud tut wuri handayani adalah sebagai pendidik hendaknya mampu menyalurkan dan mengarahkan perilaku dan segala tindakan sisiwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang dirancang. Implikasi dari penerapan asas ini dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
a.Seorang pendidik diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide dan prakarsa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan.
b.Seorang pendidik berusaha melibatkan mental siswa yang maksimal didalammengaktualisasikan pengalaman belajar, upaya melibatkan siswa seperti ini yang sering dikenal dengan cara belajar siswa aktif (CBSA).
c.Peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa, sebagai fisilitator, moitivator dan pembimbing dalam rangka mencapai tujuan belajar.
d. Dalam proses belajar mengajar dilakukan secara bebas tetapi terkendali,interaksi pendidik dan siswa mencerminkan hubungan manusiawi serta merangsang berfikir siswa, memanfaatkan bermacam-macam sumber, kegiatan belajar yang dilakukan siswa bervariasi, tetapi tetap dibawah bimbingan guri. Asas Tut Wuri handayani merupakan inti dari asas pertama yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sndiri dengan mengingat tertibnyanpersatuan dalam perikehidupan umum. Dari asasnya yang pertama ini jelas bahwa tujuan yang hendak dicapi oleh Taman Siswa adalah kehidupan yang tertib dan damai.

2.    Asas Pendidikan seumur hidup
            Pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keserutuhan kehidupan manusia. Pokok pikiran dalam pendidikan seumur hidup ialah bahwa setiap individu harus memperoleh kesempatan yang tersusun baik dan sistematis untuk mendapatkan pengajaran, studi dan belajar kapan pun selama hidupnya.Prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam konsep pendidikan seumur hidup diantaranya adalah :
a.       Asas belajar sepanjang hayat artinya peranan manusia untuk mendidik danmengembangkan diri sendiri secara wajar melalui proses belajar tanpa akhir merupakan kewajiban kodrati.
b.      Lingkungan pendidikan meliputi :
1.      Lingkungan keluarga
2.      Lingkungan sekolah
3.      Lingkungan masyarakat
c.       Lembaga penanggung jawab pendidikan terdiri dari :
1.      Lembaga pendidikan keluarga
2.      Lembaga pendidikan sekolah
3.      Lembaga pendidikan masyarakat
Beberapa alasan yang mendukung perlunya pendidikan seumur hidup, yaitu :
1)Pendidikan seumur hidup akan meningkatkan pemerataan dalam layanan pendidikan, sekaligus dianggap penting untuk menghadapi structural social yang mengalami perubahan dan dapat memperbaiki kualitas hidup.
2)Alasan berdasarkan pertimbangan ekonomi, artinya pendidikan perkembanganekonomi dsan perbaikan kualitas kehidupan berkaitan sangat erat.
3)Faktor social dan perubahan peranan keluarga.
4)Perubahan teknologi, perkembangan teknologi menyebabkan meningkatnya informasi, berubahnya sifat pekerjaan, makin menonjolnya nilai-nilai keduniawian dan materialism serta makin menurunnya nilai-nilai spiritual dan kebudayaan.
5)Factor pekerjaan, artinya lapangan pekerjaan pada masa mnendatang secaraotomatis akan akan berbeda dengan apa yang ada sekarang.
6)Kebutuhan orang dewasa, orang dewasa sekarang telah mempunyai pengalamanmengenai akibat perubahan yang cepat dalam kehidupan pekerjaan.
7)Kebutuhan kanak-kanak, makin meningkatnya perhatian orang tua terhadap perlunya pendidikan bagianak-anak usia pra sekolah. Ada beberapa istilah lainyang dipakai untuk menunjuk konsep pendidikan seumur hidup yang perlu diketahui. Istilah-istilah tersebut tidak selalu cocok untuk menunjuk pada pengertian pendidikan seumur hidup, istilah-istilah tersebut antara lain :
a. Adult education suatu istilah yang menunjuk suatu bentuk program pendidikan bagi orang dewasa yang bersifat terminaldan remendial, terutama bagi yang buta huruf dan kurang mendapatkan kesempatan pendidikan.
b. Out of school education suatu istilah yang menunjuk suatu bentuk program pendidikan diluar pendidikan formal (sekolah) yang coraknya vocasional dan diperuntukkan bagi para pemuda.
c. Recurrent education menunjuk keseluruhan proses pendidikan yang terjadi setelah seorang mengakhiri pendidikannnya disekolahd. Continuing education istilah ini menunjuk program-program pendidikan yang pada hakikatnyabersifat vokasional dan secara formal accredited.

3.Pendidikan Bagi Semua (Education for All)
Penerapan deklarasi dunia tentang pendidikan bagi semua, dilakukan dengan memperhatikan cakupan-cakupan yang menmjadi pusat sasaran yaitu :
a.Perluasan pendidikan anak dan bernagai kegiatan pengembangannya termasukupaya mengikutsertakan keluarga masyarakat terutama untuk anak-anak miskin yangtidak beruntung dan yang menyandang kelainan fisik atau mental.
b.Pendidikan dasar semesta diupayakan melalui program-program pendidikan dasar Sembilan tahun (jalur pendidikan sekolah) atau program kejar paket A dan B (jalur pendidikan luar sekolah).
c.Memberantas buta huruf dengan penekanansasaran pada kaum wanita, sehingga menguranghiu perbedaan yang ada sekarang ini antara tingkat buta huruf pria dan wanita.
d.Peningkatan mutu pendidikan dasar dan latihan ketrampilan yang diarahkanpada peningkatan kesejahteraan kesempatan mendapatkan lapangan kerja dan meningkatkan produktifitas kerja bagi semua kelomp[ok sasaran warga belajar.
e.Peningkatan minat baca bagi seluruh lapisan masyarakat dalam kaitannya dengan upaya mencerdaskan kehidupn bangsa dan meningkatkan peran serta didalam kegiatan pembangunan.

4.Asas Kemandirian dalam Belajar
Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung eratkaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan. Selanjutnya, asas belajar sepanjanghayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didikmau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru ataupun oranglain. Perwujudan asas kemandirian adalah belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator tian motivator, di samping peran-peran lain: Informator, organisator,(dan sebagainya). Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan berbagai sumber belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sedang sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu. Pengembangan kemandirian dalam belajar ini seyogianya dimulai dalam kegiatanintrakurikuler, yang dikembangkan dan dimantapkan selanjutnya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstra-kurikuler. Atau, untuk latar perguruan tinggi: Dimulai dalamkegiatan tatap muka, dan dikembangkan dan dimantapkan dalam kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri.Kegiatan tatap muka atau intrakurikuler terutama berfungsi membentuk konsep-konsep dasar dan cara-cara pemanfaatan berbagai sumber belajar, yang akan menjadi dasar pengembangan kemandirian dalam belajar di dalam bentuk-bentuk kegiatan terstruktur dan mandiri, atau kegiatan ko-dan ekstrakurikuler itu.Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan belajar-mengajar yang dapat memberi peluang pengembangan»kemandirian dalam belajar. Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan salah satu pendekatan yang memberi peluang itu, karenasiswa dituntut mengambil prakarsa dan atau memikul tanggung jawab tertentu dalam belajar-mengajar di sekolah, umpamanya melalui lembaga kerja. Di samping itu,beberapa jenis kegiatan belajar mandiri akan sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemandirian dalam belajar itu, seperti belajar melalui modul, paket belajar,pengajaran berprogram, dan sebagainya.Keseluruhan upaya itu akan dapat terlaksana dengan semestinya apabila setiap lembaga pendidikan, utamanya sekolah, didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang memadai. Seperti diketahuv, PSB itu memberi peluang tersedianya berbagaijenis sumber belajar, di samping bahan pustaka di perpustakaan, seperti rekamanelektronik, ruang-ruang belajar (tutorial) sebagai mitra kelas, dan sebagainya.Dengan dukungan PSB itu asas kemandirian dalam belajar akan lebih dimantapkan dan dikembangkan.

C.  Penerapan Asas-asas Pendidikan (Edy Kuswoyo & Tri Wahyu B.S)
1.         Asas Tut Wuri Handayani
Ajaran ini secara lengkap berbunyi ing ngarso sung tidodho, ing madyo manguti karso, dan tut wuri handayani. Artinya, jika di depan menjadi teladan, jika di tengah membangkitkan hasrat untuk belajar, dan jika di belakang memberi dorongan dan pengawasan.Maksud asas tut wuri handayani adalah sebagai pendidik hendaknya mampu menyalurkan dan mengarahkan perilaku dan segala tindakan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang dirancang. Implikasi dari penerapan asas ini dalam pendidikan antaralain:
1)Seorang pendidik diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide dan prakarsa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan.
2)Seorang pendidik berusaha melibatkan fisik, mental, intelektual, dan emosional siswa secara maksimal dan optimal di dalam mengaktualisasikan pengalamanbelajar, upaya melibatkan siswa seperti ini yang sering dikenal dengan cara belajar siswa aktif (CBSA).
3)Peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing dalam rangka mencapai tujuan belajar.
4)Dalam rangka proses belajar dan mengajar dilakukan secara bebas tetapi terkendali, interaksi pendidik dan siswa mencerminkan hubungan manusiawi serta merangsang berpikir siswa, memanfaatkan bermacam-macam sumber, kegiatan belajar yang dilakukan siswa bervariasi, tetapi tetap di bawah bimbingan guru.Dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni (1) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya di sema jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri,(2) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya,(3) peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untukmemasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya,(4) peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperolehkesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri,(5) peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989).Masalah Peningkatan Mutu Pendidikan.Kebijakan peningkatan mutu pendidikan tidak harus dipertimbangkan dengan kebijaksanaan pemerataan pendidikan. Karena peningkatan kualitas pendidikan harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan bertujuan membangun sumber daya manusia yang mutunya sejajar dengan mutu sumber daya manusia negara lain.Pemerintah mengusahakan berbagai cara dalam upaya peningkatan mutu pendidikan,antara lain:(1) Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan,(2) Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi,(3) Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa,(4) Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi serta perkembangan budaya bangsa. Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan: dalam menghadapi masalah peningkatan sumber daya manusia sesuai perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi pemerintah telah dan sedang mengupayakan peningkatan: mutu guru dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan, mutu kurikulum dan isikurikulum sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangannilai-nilai budaya bangsa.Masalah Peningkatan Relevansi PendidikanKebijaksanaan peningkatan relevansi pendidikan mengacu pada keterkaitannya dengan: ke-bhineka tunggal ika-an masyarakat, letak geografi Indonesia yang luas, dan pembangunan manusia Indonesia yang multidimensional.
 
Pemerintah telah dan sedang mengusahakan peningkatan relevansi penyelenggaraanpendidikan yang efektif dan efisien(1) meningkatkan kemudahan dalam komunikasi informasi antara pusat–daerah, daerah–daerah, agar arus komunikasi informasi pembaharuan pendidikan berjalan lancar,(2) desiminasi–inovasi pendidikan: kelembagaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara terpadu, dan(3) peningkatan kegiatan penelitian untuk memberi masukan dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan.Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan: dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan, pemerintah melakukan berbagai upaya(1) usaha menemukan cara baru dan pemanfaatan teknologi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam,(2) usaha pemanfaatan hasil penelitian pendidikan bagi peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan(3) usaha pengadaan ruang belajar, ruang khusus (bengkel kerja, konseling, pertemuan, dan sebagainya) yang menunjang kegiatan pembelajaran.
2.         Asas Belajar Sepanjang Hayat
Dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang:
a)Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi.
b) Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnyasecara proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri maupun diluar negeri.
c) Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan.
d)Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana pendidikan jasmani.
e)pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikanmasyarakat yang bertujuan untuk: (a) meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar, (b) menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya.
f)Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur.
g)Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatanolahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga.
h)Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia; peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan mental. Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang. Prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam konsep pendidikan seumur hidup di antaranya adalah:
1)Asas belajar sepanjang hayat, artinya peranan manusia untuk mendidik dan mengembangkan diri sendiri secara wajar melalui proses belajar tanpa akhir merupakan kewajiban kodrati.
2) Lingkungan pendidikan meliputi: (a) lingkungan keluarga, (b) lingkungansekolah, dan (c) lingkungan masyarakat.
3) Lembaga penanggung jawab pendidikan terdiri atas: (a) lembaga pendidikankeluarga, (b) lembaga pendidikan sekolah, dan (c) lembaga pendidikan masyarakat.Beberapa alasan yang mendukung perlunya pendidikan seumur hidup, yaitu: a)Pendidikan seumur hidup akan meningkatkan pemerataan dalam layanan pendidikan, sekaligus dianggap penting untuk menghadapi struktur sosial yang mengalami perubahan dan dapat memperbaiki kualitas hidup. b)Alasan berdasarkan pertimbangan ekonomi, artinya pendidikan, perkembangan ekonomi, dan perbaikan kualitas kehidupan berkaitan sangat erat. c)Faktor sosial dan perubahan peranan keluarga. d)Perubahan teknologi, perkembangan teknologi menyebabkan meningkatnya informasi, berubahnya sifat pekerjaan, makin menonjolnya nilai-nilai keduniawian, materialisme, dan hedonisme, serta makin menurunnya nilai-nilai spriritual dan kebudayaan. e)Faktor pekerjaan, artinya lapangan pekerjaan pada masa mendatang rupanyasecara otomatis akan berbeda dengan apa yang ada sekarang.f)Kebutuhan orang dewasa. Orang dewasa sekarang telah mempunyai pengalamanmengenai akibat perubahan yang cepat dalam kehidupan pekerjaan mereka.Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasuk yang formal, non-formal dan informal (Cropley, 1970: 2-3; Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26). Istilah pendidikan seumur hidup erat kaitannya dan kadang-kadangdigunakan saling bergantian dengan makna yang sama dengan istilah belajar sepanjang hayat. Kedua istilah ini memang tak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Seperti diketahui, penekanan istilah belajar adalah pembahan perilaku (kogrutif/afektif/psikomotor) yang relatif tetap karena pengaruh pengalaman, sedangisrilah pendidikan menekankan pada usaha sadar dan sistematis untuk penciptaansuatu lingkungan yang memungkinkan pengaruh pengalaman tersebut lebih efisien dan efektif, dengan kata lain, lingkungan yang membelajarkan subjek didik (Cropley, 1979: 10; Hameyer, 1979: 11; Sulo Lipu La Sulo, 1987: 26-27). Kurikulum sekolah merefleksi kehidupan di luar sekolah; kehidupan di luar sekolah menjadi objek refleksi teoretis di dalam bahan ajaran di sekolah, sehingga peserta didik lebih memahami persoalan-persoalan pokok yang terdapat di luar sekolah. Memperluas kegiatan belajar ke luar sekolah: kehidupan di luar sekolah dijadikantempat kajian empiris, sehingga kegiatan belajar-mengajar terjadi di dalam d<yidi luar sekolah. Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan belajar-mengajar, baik sebagai narasumber dalam kegiatan belajar di sekolah maupun dalam kegiatan belajar diluar sekolah. Perancangan dan implementasi kurikulum yang memperhatikan kedua dimensi itu akanmengakrabkan peserta didik dengan berfeagai sumber belajar yang ada di sekitarnya. Kemampuan dan kemauan menggunakan sumber-sumber belajar yang tersedia itu akan memberi peluang terwujudnya belajar sepanjang hayat. Dan masyarakat yang mempunyai warga yang belajar sepanjang hayat akan menjadi suatu masyarakat yang gemar belajar (learning society). Dengan kata lain, akan terwujudlah gagasan pendidikan seumur hidup seperti yang tercermin di dalam sistem pendidikan nasional Indonesia.
3.Asas Kemandirian Belajar dan Pendidikan Bagi Semua
a)Asas Kemandirian Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untukulur tangan bila diperlukan.Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utamasebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

 
Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung eratkaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan. Selanjutnya, asas belajar sepanjanghayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didikmau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru ataupun oranglain.Perwujudan asas kemandirian dalafhj fcelajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator tian motivator, di samping peran-peran lain: Informator, organisator. Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan berbagai sumberbelajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sedang sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsapeserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu. Pengembangan kemandirian dalam belajar ini seyogianya dimulai dalam kegiatan intrakurikuler, yang dikembangkan dan dimantapkan selanjutnya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstra-kurikuler.Atau, untuk latar perguruan tinggi: Dimulai dalam kegiatan tatap muka, dan dikembangkan dan dimantapkan dalam kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri. Kegiatan tatap muka atau intrakurikuler terutama berfungsi membentuk konsep-konsep dasar dan cara-cara pemanfaatan berbagai sumber belajar, yang akan menjadi dasar pengembangan kemandirian dalam belajar di dalam bentuk-bentuk kegiatan terstrukturdan mandiri, atau kegiatan ko-dan ekstrakurikuler itu. Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan belajar-mengajar yang dapat memberi peluang pengembangan»kemandirian dalam belajar. Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan salah satu pendekatan yang memberi peluang itu, karenasiswa dituntut mengambil prakarsa dan atau memikul tanggung jawab tertentu dalam belajar-mengajar di sekolah, umpamanya melalui lembaga kerja. Di samping itu, beberapa jenis kegiatan belajar mandiri akan sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemandirian dalam belajar itu, seperti belajar melalui modul, paket belajar, pengajaran berprogram, dan sebagainya. Keseluruhan upaya itu akan dapat terlaksana dengan semestinya apabila setiap lembaga pendidikan, utamanya sekolah, didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang memadai. Seperti diketahuv, PSB itu memberi peluang tersedianya berbagai jenis sumber belajar, di samping bahan pustaka di perpustakaan, seperti rekaman elektronik, ruang-ruang belajar (tutorial) sebagai mitra kelas, dan sebagainya. Dengan dukungan PSB itu asas kemandiriandalam belajar akan lebih dimantapkan dan dikembangkan.

b) Pendidikan Bagi Semua (Education for All)       
Penerapan deklarasi .dunia tentang peadidikan bagi semua, dilakukan dengan merriperhatikan cakupan yang menjadi pusai sasaran yaitu: a) Perluasan pendidikan anak dan berbagai kegiatan pengembangannyatermasuk upaya mengikutsertakan keluarga dan masyarakat terutamauntuk ar-ak-anak miskin tak beruntung dan yang menyandangkelainan fisik dan/atau mental. b) Pendidikan dasar semesta diupayakan melalui program-program  pendidikan dasar 9 tahun (jalur pendidikan sekolah) atau program kejar paket A dan B (jalur pendidikan luar sekolah). c) Memberantas buta huruf (tiga buta) dengan pcnekanan sasaran pada kaum wanita, sehingga benar-benar mengurangi perbedaan yang ada sekarang ini antara tingkatbuta huruf pria dan wanita. d) Peningkatan mutu pendidikan dasar dan latihan ketrampilan yang diarahkan padapeningkatan kesejahteraan kesempatan mendapatkan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas kerja bagi semua kelompok sasaran warga belajar. e) Peningkatan minat baca bagi seluruh lapisan masyarakat dalam kaitannya denganupaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan peran setarnya di dalam kegiatan pembangunan. "

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa Landasan dan  Asas-asas   pendidikan  pada hakikatnya adalah fundamen (dasar) yang menjiwai dan mewarnai pelaksanaan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Fundamen atau dasar yang jelas sangat diperlukan jika kita menginginkan sesuatu yang kita perbuat terkonsep jelas dan mencapai hasil yang diinginkan pula. Hal yang sama juga harus diperlakukan pada system pendidikan di Indonesia . Agar hasil akhirnya tercapai, yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa” seperti yang diamanatkan Undang-undang Dasar 1945.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sponsor